Allah mengasihi Anda, dan DIA juga ingin agar Anda mengasihi DIA

Sunday 15 March 2015

MENGENAL ALLAH YANG MENGENAL KITA

Bacaan Alkitab: Mazmur 139:1-24 

Pada dasarnya Allah adalah misteri tetapi sekaligus pribadi yang patut diketahui dan dikenal. Pengetahuan dan pengenalan kita akan Allah terjadi sejauh Allah itu sendiri menyatakan dirinya kepada manusia. Jadi kalaupun manusia bisa mengetahui dan mengenal Allah karena Allah sendirilah yang memperkenalkan diri-Nya kepada manusia. Mustahil manusia mengetahui Allah dari kepikirannya yang terbatas, karena Allah itu adalah tak terbatas dibandingkan dengan akal manusia yang sangat terbatas.

Hidup dengan Allah adalah suatu pengalaman pribadi yang menyadari penuh bahwa Allah mengerti dan memahami hidup kita. Pengenalan kita akan Allah akan sangat menentukan sajauh manakah kita hidup dalam Dia. Dan pengenalan kita akan Dia akan menentukan sejauh manakah kita merasa aman di tengah-tengah hidup yang sarat akan tekanan. 

Untuk mengenal Allah yang mengenal kita, mari kita simak pengalaman penulis kitab Mazmur pasal 139 yang mencoba memaparkan pemahamannya mengenai Allah sejauh yang bisa dipahaminya dimana pemahaman itu adalah hasil dari pengalamannya dengan Tuhan. Pengalaman itulah yang menjadi sarana di mana Allah menyatakan diri-Nya kepada pemazmur. Sebab pengenalan pemazmur akan Allah terjadi sejauh Allah sendiri memperkenalkan dirinya kepada pemazmur. Allah yang bagaimanakah yang dipahami oleh pemazmur ini yang juga perlu kita pehami juga? 

Allah yang Mahatahu 

Di sini pemazmur menyadari bahwa Allah yang dikenal oleh dia adalah Allah yang mengenal dirinya. Kemahatahuan Allah di sini adalah pengenalan Allah yang sempurna terhadap diri pemazmur. “TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikirianku dari jauh. Engkau memeriksa aku, jikalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kau ketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan Engaku mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.” (1-6) 

Dari ungkapan pemazmur ini, dia mau menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Allah itu mengenal pribadinya secara seutuhnya dan tidak ada satu aspekpun dalam kehidupannya yang tidak diketahui oleh Allah. Dia juga menyadari bahwa Allah itu juga pribadi yang mengetahui tindak tanduknya secara lahiriah (ayat 2a), tidak ada satu perkara pun yang telah dilakukan oleh pemazmur yang tidak diketahui oleh Allah. Semua sepak terjang dari pemazmur diketahui oleh Allah. Demikian pun pemazmur sadar bahwa Allah yang dia kenal adalah Allah yang mengetahui pikiran atau maksud-maksudnya (ayat 2b). Ini juga termasuk dengan rencana-rencananya. Sekalipun hal itu belum terlaksana dan masih di dalam hati, Allah sudah mengetahuinya. Selain itu juga Allah mengetahui segala perbuatan pemazmur baik itu perbuatan secara aktif maupun pasif (ayat 3) segalanya terbuka di hadapan Tuhan dan tidak ada yang tersebunyi. Pengetahuan-Nya akan segala perbuatan pemazmur ini adalah pengetahuan yang menyadari penuh apa yang dilakukan oleh pemazmur dalam setiap langkah kehidupannya. Di sini menunjukkan bahwa segala perbuatan pemazmur tidaklah tersembunyi di hadapan Allah. Sekecil dan sebesar apapun perbuatan itu segalanya terbentang di hadapan Allah yang mahatahu. Selanjutnya pemazmur mengungkapkan bahwa kemahatahuan Allah juga mencakup apa yang dibicarakan oleh pemazmur dan bahkan sebelum dia berbicarapun Allah sudah tahu (ayat 4). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan Allah atas diri pemazmur tidak sebatas apa yang sudah terjadi tetapi jauh sebelum hal itu terjadi Allah sudah mengetahuinya. Itulah sebabnya pemazmur menyadari keterbatasan akalnya dalam memahami Allah yang Mahatahu itu sehingga dia berkata: “Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.” (ayat 6) Pengakuan dari pemazmur ini adalah suatu kenyataan bahwa Allah lebih mengetahui diri pemazmur lebih dari dirinya sendiri. 

Dari ungkapan di atas menunjukkan bahwa tidak ada satupun dalam aspek kehidupan manusia yang tidak diketahui oleh Allah. Dan tidak ada satupun peristiwa yang tidak diketahui oleh Allah. Juga tidak ada satu perubahan pun yang tidak diketahui oleh Allah. Dengan kata lain tidak ada alasan bagi manusia untuk menyembunyikan dirinya dari hadapan Allah yang Mahatahu. Jikalau seseorang telah mengenal akan Allah yang seperti ini, maka sia-sia untuk menyembunyikan diri dari hadapan Allah yang Mahatahu. Apapun usaha manusia untuk menyembunyikan dirinya dari hadapan Allah tidak akan pernah bisa sebab Dia adalah Allah yang mengetahui keberadaan manusia itu lebih dari manusia itu sendiri. Jadi percuma usaha orang untuk bersembunyi dari hadapan Allah sebab dia mengetahui apa yang kita perbuat jauh sebelum perbuatan itu sendiri kita lakukan sampai kepada akibat dari perbuatan itu sendiri. 

Jadi, ketika kita mengenal Allah yang mahatahu itu, maka kita akan menempatkan diri kita seperti pemazmur yang sadar betul akan Allah yang mengetahui dirinya secara sempurna dengan hidup menjauhi hal-hal yang tidak dikehendaki oleh Allah sehingga kita dapat mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita kelak di hadapan-Nya sebab tidak ada satupun yang terluput dari hadapan Allah (Ibrani 4:13). Janganlah kita berkata bahwa kita mengenal Allah tetapi mencoba menyembunyikan sesuatu. 

Allah yang Mahahadir 

Setelah pemazmur menyadari akan pemahaman Allah akan dirinya, maka dia melanjutkan pemahaman dan pengenalan dirinya terhadap Allah yang Mahahadir. Sifat Allah ini dijelaskan oleh pemazmur dengan menyadari bahwa Allah itu hadir di mana-mana dengan seluruh keberadaan-Nya pada segala waktu. Kemahadiran Allah di sini mengacu pada pengertian bahwa Allah ada bersama dengan pemazmur, tidak perduli di manapun pemazmur berada. Kebenaran itu nyata dalam Roh-Nya yang Kudus. Itulah sebabnya dia berkata: “Kemana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, kemana aku dapat lari dari hadapan-Mu?” Tidak ada satupun tempat di mana pemazmur bisa meniadakan kehadiaran Allah sehingga ia mengajukan pertanyaan yang sekaligus dijawabnya sendiri bawa disegala tempat yang bisa ia jelajahi di sana tetap ada kehadiran Allah. Baik di tempat yang paling tinggi yang bisa dijangkau atau sebaliknya di tempat yang paling bawah yang bisa dimasuki, Allah tetap ada di sana termasuk di tempat yang paling jauh yang bisa dijelajahi dan di tempat yang paling cepat untuk ditempuh (ayat 8-10). Kehadiran Allah juga nyata di tempat yang dianggap orang mustahil dilihat seperti kegelapan.(ayat 11-12) 

Pemahaman pemazmur atas Allah yang Mahadir ini menjadikan dia tidak lari dari kehadiran Allah dalam hidupnya. Dan setiap orang yang mengenal Allah seperti pemazmur ini seharusnya menempatkan dirinya di hadapan Allah secara terbuka tanpa harus berusaha bersembunyi karena di mana pun kita berada dan apapun yang kita lakukan Allah hadir di sana. Jadi percuma kita berusaha menyembunyikan diri kita dari hadapan Allah dengan melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada-Nya, walaupun mungkin orang lain tidak melihatnya, sebab segalanya terbuka di hadapan Allah karena Dia hadir di sana. Tidak ada orang yang dapat melarikan diri dari hadirat Allah yang mahahadir. 

Kalau sungguh kita mengenal Allah yang seperti ini, maka hidup kita akan senantiasa berjalan sesuai dengan pengenalan itu. Kesadaran akan kehadiran Allah dalam hidup kita akan membuat kita hidup sesuai dengan pengenalan kita. Hanya orang yang menyangkali kehadiran Allah lah yang melakukan perkara-perkara yang tidak berkanan kepada Allah pada hal Allah hadir di situ. Atau orang yang tidak menyadari kehadiran Allah lah yang terus menerus melakukan hal-hal yang jahat. 

Allah yang Berdaulat 

Kedaulatan Allah di sini adalah dalam hubungannya dengan diri pemazmur. Allah adalah pencipta yang mengawasi baik struktur psikologis maupun struktur fisik. Hal ini menunjukkan bahwa Allah sungguh mengenal manusia ciptaan-Nya bukan saja kepada apa yang sudah dialami oleh manusia tetapi juga kepada hal-hal yang belum dialami. “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersemunyi dan aku direkam di dalam bagian bumi yang paling bawah;” (ayat 13-15) Pemazmur di sini menyadari penuh bahwa hidupnya ada karena kedaulatan Allah yang telah menciptakannya. Baik itu secara fisik maupun secara psikis. Bentuk demi bentuk dari hidupnya ada dalam pengawasan Tuhan yang berdaulat sehingga segala sesuatu berkenaan dengan hidup pemazmur ada dalam kedaulatan Allah. Lebih jauh pemazmur mengungkapkan keajaiban Allah mengenai dirinya, di mana dia menyadari bahwa kedaulatan Allah bukan saja sebelum dirinya ada tetapi juga sesudah kehadiran dirinya di dunia ini dan bahkan sebelum hal-hal yang akan dialami pemazmur dalam hidupnya di dunia ini setelah Tuhan hadirkan. “...mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.” (ayat 16) Pengakuan pemazmur ini adalah pengakuan yang menyadari siapa dirinya di hadapan Allah dan siapa Allah dalam dirinya. Allah adalah pencipta hidupnya dan yang berhak atas hidupnya sedangkan dia adalah ciptaan-Nya yang harus tunduk kepada-Nya. 

Pemahaman Allah seperti ini akan membuat manusia tidak hidup untuk dirinya sendiri tetapi kepada Dia yang menciptakannya. Apa pun yang ada dalam hidup manusia adalah pemberian Allah dan apa yang diberikan itu semuanya harus dikembalikan kepada Dia. “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia; Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.” (Roma 11:36) Segala sesuatu yang ada pada kita harus dikembalikan bagi kemuliaan-Nya. Sebab Dialah yang berhak atas semua yang kita miliki. Kalaupun kita menerima segala sesuatu dari Dia, sebenarnya sekedar hak pakai. Dan dikala kita memakainya seharusnya bagi kemuliaan nama-Nya. Dia lah pemiliki hidup itu dan Dia yang berhak atas hidup kita. Kedaulatan Allah ini mencakup seluruh hidup kita dan apa yang berkenaan dengan hidup itu. Apakah itu kepintaran, kekayaan, masa depan, dan lain sebagainya. 

Allah yang Mahasuci 

Setelah pemazmur menyadari keberadaan Allah dalam hidupnya, maka ia mencoba menarik pemahaman itu kepada dirinya sebagai pegangan untuk melangkah di tengah-tengah dunia ini. Pengenalanya akan Allah membentuk dirinya untuk bersikap secara tegas di tengah-tengah dunia ini. Dia membuat batas yang jelas dengan kejahatan karena dia sudah mengenal bahwa Allah itu adalah Allah yang mahamengetahui akan dirinya dan mahahadir dalam perjalan hidupnya sehingga ia tidak mungkin akan bersekutu dengan orang-orang jahat sebab Allah itu juga mahasuci. “ Sekiranya Engku mematikan orang fasik, ya Allah, sehingga menjauh dari padaku penumpah-penumpah darah, yang berkata-kata dusta terhadap Engkau, dan melawan Engkau dengan sia-sia.” (ayat 19-20) Pengenalannya akan Allah menempatkan dirinya berada di posisi Allah yang tidak bersekutu dengan dosa. Dengan demikian pemazmur memiliki kedudukan yang jelas yaitu membenci orang-orang yang dibenci Allah yaitu orang-orang yang melakukan kejahatan.” (ayat 21-22) Di sini pemazmur tidak kompromi terhadap dosa dan pembuat kejahatan. Hidupnya sejalan dengan pengenalannya akan Allah. Dia tidak mengingkari Allah yang mengetahui dirinya dan yang tidak pernah meninggalkannya sehingga kesadaran ini membuat dia menempatkan dirinya di hadapan Allah yang suci. 

Kemahasucian Allah akan mendorong setiap orang yang mengenal Dia akan membuat jarak dengan orang-orang yang tidak mengindahkan Allah dan norma sehingga kita mampu seperti pemazmur berkata: “Selidikalah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal.” (ayat 23-24) Pernyataan ini tentunya sekaligus merupakan paparan hidup yang bisa dipertanggung jawabkan karena ia sudah tahu bagaimana harus hidup di depan Allah yang ia kenal. Pernyatan ini juga sekaligus merupakan suatu ungkapan yang menjalankan hidup sesuai dengan pengenalannya kepada Allah. Dia berani untuk diuji dan diselidiki sehingga kalau masih ada kesalahan harapan pemazmur adalah untuk memperbaikinya untuk semakin sejalan dengan keberadaan Allah yang dia kenal. 

Oleh karena itu, Allah yang harus kita kenal adalah Allah yang mengetahui keberadaan diri kita. Pengetahuan Allah ini mencakup segala aspek kehidupan manusia. Apakah itu keberadaan manusia secara pribadi maupun segala hal yang berkenaan dengan hidup manusia itu. Termasuk pergumulan dan masalah yang ada. Hal ini membuat kita seharusnya datang di hadiratnya untuk memohon pertolongan-Nya apapun yang kita pergumulkan dalam hidup ini. Kalau dia tahu apa yang terjadi dalam hidup kita, maka Dia juga mampu memberikan pertolongan-Nya berkenaan dengan pergumulan yang ada. Allah juga pribadi yang mahahadir. Dan kehadirannya meliputi segala tempat dan waktu. Tidak ada satu ruang yang tidak dimasuki oleh Allah sehingga tidak ada satu hal yang bisa disembunyikan dari hadapannya. Pemahaman ini seharusnya membuat kita terbuka di hadapannya sehingga kita tidak lagi berusaha untuk melakukan apa saja yang tidak Dia kehendaki dalam kehidupan kita. Allah yang kita kenal juga Allah pencipta hidup kita. Dia lah yang berdaulat atas hidup kita, baik itu mengenai hidup ini maupun berkenaan dengan hidup itu. Baik itu mengenai diri kita dan apa yang ada pada diri kita. Pengenalan akan Allah yang memiliki wewenang atas hidup kita akan membuat kita hidup bukan bagi diri kita sendiri tetapi bagi Dia yang telah menciptakan kita. Allah yang berdaulat atas hidup kita juga Allah yang mahasuci. Itu sebabnya pengenalan kita akan Allah akan membuat kita berpihak pada Allah sehingga kita satu ukuran dengan ukuran yang dipakai oleh Allah dalam memandang dosa. Dengan demikian setiap langkah kita di tengah-tengah dunia ini akan sejalan dengan apa yang Tuhan kehendaki. Kita harus memberi batas yang jelas terhadap dosa sebagai mana Allah yang tidak mau bersinggungan dengan dosa. (*)