Allah mengasihi Anda, dan DIA juga ingin agar Anda mengasihi DIA

Tuesday 11 October 2016

MENYIKAPI LESBIAN, GAY, BISEXUAL DAN TRANSGENDER (LGBT) DARI SUDUT PANDANGAN ALKITAB

Unsur dan Proses Penciptaan Manusia - Kopi Edukasi
Pendahuluan

Saat Amerika mensahkan pernikahan sejenis, kelompok ini merasa di atas angin sehingga mereka mulai menampakkan diri secara terang-terangan tanpa ada rasa takut untuk mempertontonkan jati diri mereka yang sesungguhnya. Di satu pihak pernikahan sejenis merupakan kemenangan besar bagi kaum LGBT tetapi di pihak yang lain kelompok ini mendapatkan penindasan di beberapa negara seperti di Indonesia. Itulah sebabnya perlu mengkaji dan menyikapi penyimpangan Sexual yang bernama LGBT ini, tentunya sesuai terang Alkitab.

Orientasi Seksual dalam Alkitab

Allah menciptakan manusia sesuai dengan rupa dan gambar Allah sendiri. Alkitab berkata; “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kej 1:27), Diciptakannya manusia sebagai suatu pribadi yang utuh; tubuh, jiwa dan roh. Dan ketika Allah melihat hasil dari penciptaan manusia itu Dia memberikan tanggapan dengan satu kalimat; “Sungguh amat baik.” Alkitab berkata; “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.” Hal ini menunjukkan bahwa semua yang diciptakan Allah termasuk manusia ada dalam keadaan “sungguh amat baik”. 

Tetapi akibat manusia jatuh ke dalam dosa, kenyataan dari “sungguh amat baik” yang telah diciptakan Allah itu telah rusak. Manusia telah kehilangan kemuliaan Allah dan itu terjadi setalah manusia memberontak kepada Allah. Alkitab berkata, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,” (Rm 3:23) Dalam konteks kejatuhan inilah, penyimpangan-penyimpangan itu terjadi dalam kehidupan manusia, termasuk di dalamnya penyimpangan seksual.

Pada awalnya Allah menciptakan manusia dengan jenis kelamin yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan namun dalam wujud yang setara karena keduanya diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Dan setelah Allah menciptakan mereka kemudian Allah memerintahkan agar mereka beranakcucu dan bertambah banyak. Alkitab berkata; “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej. 1:28) Ternyata Allah menginginkan manusia ciptaan-Nya itu untuk beranak cucu dengan tujuan agar bumi ciptaan-Nya dipenuhi oleh keturunan mereka. Dengan demikian Allah merencanakan sebuah hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam satu lembaga yang disebut pernikahan dengan tujuan untuk menghasilkan keturunan.

Lembaga penikahan ini ditandai sebagai sebuah persetubuhan. “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kej.2:24) Jadi, persetubuhan dalam pernikahan adalah penyatuan dua pribadi yang asalnya satu, tetapi dipisahkan satu dari yang lain dan kini menyatu kembali dalam persetubuhan. Dan tujuan dari persetubuhan itu adalah untuk menghasilkan keturunan. Itulah sebabnya dibutuhkan dua wujud yang berbeda yang saling mendukung untuk memenuhi tujuan dari pernikahan itu. Semua peristiwa ini terjadi sebelum manusia itu jatuh ke dalam dosa. Dengan kata lain bahwa persetubuhan itu sesungguhnya kudus dan Allah menghendaki agar manusia ciptaan-Nya itu menikmatinya.

Jadi, Alkitab merumuskan orientasi sesual yang kudus adalah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dilakukan bersama-sama dalam sebuah pernikahan. Dan Alkitab tidak memberikan alternatif yang lain selain itu karena Allah tidak memberikan rekomendasi. Termasuk di dalamnya adalah seks di luar nikah yang dikenal dengan perzinahan, seks yang dilakukan seorang diri atau masturbasi dan seks yang dilakukan oleh dua orang yang sejenis. yang dikenal dengan homoseksual. Semua itu adalah penyimpangan seksual yang tentu akan mendapatkan hukuman.

Peringatan dalam Alkitab

Dalam kaitannya dengan homoseksual, ada empat bagian Alkitab yang perlu diperhatikan.

Pertama, Kejadian 19:5. Sodom dan Gomora dihancurkan oleh Allah karena kejahatan mereka. Alkitab berkata, “Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN.” (Kej. 13:13) Dari ayat ini jelas memperlihatkan bahwa pada akhirnya Allah menghancurkan Sodom dan Gomora adalah karena dosa dan kejahatan mereka. Namun yang menjadi pertanyaannya adalah: dosa apa yang dilakukan oleh Sodom dan Gomora sehingga Allah menjatuhkan hukuman-Nya?

Penduduk Sodom dan Gomora bersalah karena melakukan praktik homoseksual. Alkitab berkata; “Mereka berseru kepada Lot: "Di manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka." (Kej. 19:5) Kata “pakai” memiliki arti “melakukan hubungan sesual” Orang yang mereka mau "pakai" itu adalah laki-laki dan penduduk Sodom yang mau pakai itu adalah kumpulan laki-laki yang begitu banyak. Lot mencoba mengingatkan mereka agar mereka tidak melakukan tindak kejahatan itu dengan berkata,  “Saudara-saudaraku, janganlah kiranya berbuat jahat.” (Kej. 19:7) Itulah sebabnya Lot memberikan alternatif lain dengan menyodorkan kedua anaknya perempuan tetapi orang-orang Sodom dan Gomora menolaknya (Kej. 19:9). Dan penulis surat Yudas memberikan penegasan akan dosa homoseksual orang-orang Sodom dan Gomora ini dengan berkata; “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang.” (Yud. 1:7). Itulah sebabnya istilah “sodomi” berasal dari sini.

Kedua, Imamat 18:22; 20:13. Dalam kitab Imamat, Allah menuntut umat-Nya mematuhi hukum-hukum-Nya dan melarang mereka meniru praktek hidup orang Mesir yang sedang mereka tinggalkan atau orang Kanaan yang sedang mereka masuki. Pratek terlarang itu mencakup hubungan sekseual yang diharamkan yaitu homoseksual. “Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian.” (Im. 18:22) “Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.” (Im. 20:13). Tidak perlu diragukan bahwa kedua ayat di atas berkenaan dengan perbuatan homoseksual yaitu hubungan seksual antara dua orang yaitu laki-laki dengan laki-laki yang diharamkan oleh Allah.

Ketiga, Roma 1:26-27. “Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.” Orang-orang yang Paulus maksudkan di sini adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah atau orang-orang yang menyadari adanya Allah tetapi mengabaikannya dalam hidup mereka. Dengan kata lain orang-orang yang orientasi seksualnya menyimpang ini adalah orang-orang yang sedang mendapatkan hukuman Allah karena pemberontakan mereka.

Keempat, 1 Korintus 6:9-10. “Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” Dari nas di atas terlihat daftar dosa yang akan membuat orang tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah. Dan di antara daftar dosa itu terdapat “baci” yaitu laki-laki yang perperan sebagai perempuan dalam persetubuhan antar laki-laki dan “pemburit” yaitu laki-laki yang berperan aktif dalam persetubuhan antar laki-laki.
 
Dari empat teks Alkitab di atas menunjukkan bahwa orientasi seksual sesama jenis adalah sebuah penyimpangan seksual dan tidak dibenarkan sama sekali. Namun demikian kenyataan yang terjadi betapa banyak orang mengalami penyimpangan ini dalam masyarakat kita sekarang dengan berbagai alasan.

Bawaan dari lahir

Orang yang memiliki penyimpangan seksual seperti LGBT memiliki pembenaran bahwa bukan pilihan mereka sehingga memiliki orientasi seks yang menyimpang itu tetapi karena bawaan dari lahir atau dikenal dengan gen. Dengan demikian mereka mau berkata bahwa sudah dari "sononya" mereka seperti itu. Padahal Tuhan tidak pernah menciptakan seseorang dengan keinginan homoseks. Alkitab berkata bahwa Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan dan Allah juga memerintahkan agar laki-laki dan perempuan itu bersetubuh (Kej. 2:24) Dengan demikian pada akhirnya seseorang menjadi homoseks adalah karena pilihan mereka sendiri. Dan Alkitab berkata bahwa dosalah yang mendorong manusia menjadi homoseks. Alkitab berkata; "Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka" (Rm 1:24). Jadi dalih bahwa homoseks itu adalah bawaan lahir bukan merupakan dalih untuk hidup dalam dosa dengan mengikuti keinginan dosa.

Seks adalah esensi perwujudan manusia

Ada banyak orang menyarankan agar orang yang terlibat dalam homoseks meninggalkan praktek hidup yang homoseks. Tentu hal ini akan diprotes oleh mereka yang terlibat atau yang mendukung perilaku hidup homoseksual. Mereka beralasan bahwa meminta orang-orang homoseksual menghentikan praktek homoseksual itu sama artinya dengan menyuruh supaya frustrasi dan mendorong mereka hidup dalam keputusasaan. Tentu hal itu merupakan tindakan yang tidak manusiawi dan kejam. Sama saja kita memaksa orang untuk menahan hasrat seksual mereka karena hal itu merupakan suatu tidakan yang salah.

Tentu pendapat di atas adalah suatu pendapat yang salah dan hanya ingin membenarkan diri untuk melakukan dosa. Sebab bukankah orang yang orientasi seksualnya heteroseksual juga memiliki dorongan seksual tetapi karena kondisi tertentu mereka tidak bisa melampiaskan hasrat seksualnya. Bukankah Yesus Kristus adalah manusia biasa sama seperti kita dan memiliki status “tidak kawin”, tetapi tidak ada masalah dengan dorongan seksual. Bagaimana dengan jutaan orang yang heteroseksual yang berstatus “tidak kawin” tetapi bisa mempertahankannya tanpa harus jatuh ke dalam perzinahan.

Jadi dorongan seksual bukanlah alasan bagi homoseksual untuk tetap dalam posisi hidup yang menyimpang. Tetapi yang dibutuhkan adalah kesadaran bahwa itu adalah sebuah penyimpangan maka akan membuka jalan kepada pemulihan.

Penyakit

Ada juga orang beranggapan bahwa homoseksual adalah sebuah penyakit. Apakah itu disebabkan oleh traumatik di masa lalu atau sebab yang lain. Kalau memang itu benar, berarti harus diupayakan penyembuhannya dan bukan pembiaran. Di sinilah penting bimbingan kepada mereka yang terlibat homoseksual sehingga mereka disembuhkan dari penyakit itu. Tentu dibutuhkan komitmen dari yang bersangkutan agar sembuh. Dan di bawah anugerah dan kuasa Allah, maka ada harapan untuk disembuhkan. Jadi, kesadaran akan keadaan yang sesungguhnya di hadapan Tuhan akan membuka jalan bagi pemulihan yang dari Allah.

Bertobat

Sebagaimana dosa yang didaftarkan dalam 1 Korintus 6:9-10 harus diselesaikan dengan cara bertobat, maka homoseksual. juga membutuhkan langkah yang sama. Itulah sebabnya dibutuhkan kesadaran yang sesungguhnya bagi orang yang hidup dalam orientasi homoseksual. Sejauh tindakan homoseksual dianggap bukanlah pelanggaran terhadap norma yang ditetapkan oleh Allah, maka tidak akan ada pemulihan yang terjadi. Tetapi kalau seseorang yang sudah terlibat dalam praktek homoseksual menyadari bahwa itu adalah pelanggaran pada ketetapan Allah, maka dibutuhkan komitmen untuk meninggalkannya. Pertobatan yang sejati mencakup sikap yang menyadari bahwa tindakanya yang sedang dilakukan adalah salah dan mau meninggalkannya. Mungkin hal itu adalah sesuatu yang sulit bagi orang yang sudah lama terlibat dalam praktek homoseksual, tetapi di sinilah peran iman sangat diperlukan. Karena iman mengaminkan kasih karunia Allah dan anugerah-Nya cukup bagi kita untuk mengalami kuasa Allah untuk memulihkan. Hal itu telah dibuktikan oleh banyak orang yang dahulunya dikuasai oleh homoseksual tetapi berkat kuasa Allah telah dipulihkan dari praktek hidup yang menyimpang itu.

Menyikapi Homoseksual

Ada dua ekstrim dalam masyarakat ketika diperhadapkan kepada orang yang terlibat dalam homoseksual. Pertama adalah menghakimi dan bahkan menghukumnya. Kedua, adalah mendukungnya dengan alasan kemanusiaan. Sebagai orang Kristen, bagaimana seharusnya menyikapi homoseksual? Cara yang paling baik adalah dengan mencontoh Yesus Kristus. Hal itu kita bisa lihat dalam peristiwa ketika ada seorang yang kedapatan berbuat zinah dan diperhadapkan kepada Yesus. seperti yang terdapat dalam Injil Yohanes 8:1-11. Semua orang yang ada di situ mengharapkan Yesus menjatuhkan hukuman kepada perempuan itu. Tetapi ternyata Yesus mempertontonkan sebuah sikap yang tidak pernah diduga seorangpun yaitu pengampunan. Yesus berkata "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Dan wanita inipun lolos, sebab tidak ada satupun yang benar, sehingga tidak ada satupun yang berhak menghakimi sesamanya. Dan Yesus sendiripun tidak menghukum perempuan itu dengan berkata; "Aku pun tidak menghukum engkau.”

Dengan kata lain sikap yang harus kita ambil dalam menghadapi orang yang terlibat homoseksual adalah sikap yang diterapkan oleh Yesus yaitu kasih. Namun harus digarisbawahi bahwa kata kasih di sini tidak menunjuk kepada pembenaran akan perbuatannya. Memang kita harus membenci dosanya namun mengasihi orangnya. Namun konteks mengasihi di sini bukan agar orang itu nyaman dengan homoseksualnya karena mendapatkan penerimaan dari orang lain. Tetapi mari lihat juga reaksi Yesus setelah tidak menghukum perempuan yang berzinah dalam nas di atas di mana Yesus melanjutkan penerimaan-Nya dengan berkata; “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Penerimaan Yesus bukan membuat perempuan itu nyaman dengan perzinahannya, tetapi mendorong dia untuk tidak melakukan perzinahan lagi.

Kasih dalam wujud penerimaan kita kepada orang yang terlibat homoseksual bukan membuat dia nyaman dengan keadaannya tetapi penerimaan kita seharusnya juga mendorong orang itu untuk tidak melakukan praktek homoseksualnya mulai sekarang. Tidak ada alasan bagi kita untuk menerima orang yang terlibat homoseksual yang membuat mereka tetap homoseksual. Memang kalau orang yang terlibat homoseksual dikucilkan maka mereka akan berusaha tetap mempertahankan keadaan mereka. Namun jangan sampai penerimaan kita terhadap keberadaan mereka membuat mereka tidak ada keinginan untuk lepas dari homoseksual. Hal itulah yang terjadi di Amerika Serikat sekarang ini, dengan dilegalkannya pernikahan sejenis, maka membuat mereka tidak ada pikiran untuk meninggalkan praktek homoseksual.

Jadi, di satu sisi kita tidak boleh menghakimi atau menghukum mereka yang terlibat homoseksual tetapi di sisi yang lain jangan juga membuat orang yang nyata-nyata melakukan tindakan yang bertentangan dengan norma yang ditetapkan oleh Allah tetap hidup di dalam kesalahannya dengan cara menerima mereka tanpa ada upaya untuk memulihkan hidup mereka.

Kesimpulan

Orientasi seksual yang Allah tetapkan adalah heteroseksual, karena sejak mulanya Allah menciptakan manusia dalam orientasi seks yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan. Dan persetubuhan yang ditetapkan oleh Allah adalah antara laki-laki dan perempuan yang dilakukan bersama-sama dan dalam sebuah pernikahan. Di luar itu adalah sebuah penyimpangan termasuk di dalamnya adalah LGBT.

Jangan menghakimi apalagi menghukum mereka yang terlibat LGBT, tetapi kasihi mereka lewat menerima mereka untuk menuntun mereka kepada pertobatan dengan harapan agar mereka dipulihkan.

















































Untuk mengatasi penyimpangan itu tidak bisa tidak adalah bertobat. Diperlukan kesadaran akan penyimpangan itu dan komitmen untuk lepas dari praktek hidup dalam penyimpangan itu. Dan di bawah kasih karunia Allah yang diimani di dalam Kristus yang telah membayar semua hutang dosa kita, maka harapan untuk dipulihkan terbuka lebar.
Dan sebagai orang percaya kepada Kristus sepatutnya kita menerapkan kasih kepada mereka yang terlibat homoseksual dan bukan menghukumnya. Namun kasih itu bukan untuk membiarkan mereka tetap hidup dalam penyimpangan tetapi mendorong mereka untuk mengalami pemulihan.



No comments: