Allah mengasihi Anda, dan DIA juga ingin agar Anda mengasihi DIA

Friday 30 September 2016

DOSA MENURUT KITAB ROMA 1:18-3:31

Hadits itu Tempat Orang Tersesat | Redaksi Indonesia | Jernih ...
PENDAHULUAN

Kitab Roma penuh dengan doktrin dan salah satu doktrin yang Paulus uraikan di dalam kitab ini adalah doktrin tentang dosa. Hal itu bisa kita simak dalam Roma 1:18-3:31. Dalam pasal-pasal ini Rasul Paulus mengungkapkan kenyataan dari keberdosaan semua manusia baik itu non Yahudi maupun orang Yahudi. Dan dalam suratnya ini Paulus ingin menekankan “Dosa sebagai pelanggaran pribadi, yaitu perbuatan yang melanggar hukum Allah; termasuk di dalamnya sikap hati, pikiran, dan sebagainya yang menentang kebenaran Allah” Dengan demikian bahwa ketika seseorang berbuat dosa, hal itu adalah suatu keputusannya sendiri sehingga dia juga akan mengalami akibat dari dosa itu juga secara pribadi. Namun walaupun dosa itu bersifat pribadi namun Paulus menjelaskan bahwa “semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,” (Rm 3:23). Kata kehilangan memiliki arti gagal memperoleh, tidak memiliki yang berhubungan erat dengan kekudusan Allah. Dan hal itulah yang diungkapkan oleh Pulus dalam tulisannya ini di mana dia menjelaskan tentang dosa yang dilakukan oleh setiap orang dalam hidupnya baik dosa terhadap Allah maupun sesamanya. Paulus juga memaparkan akibat keberdosaan manusia itu dan cara mengatasinya.

SEMUA ORANG BERBUAT DOSA

Rasul Paulus dalam suratnya ini memulai uraiannya tentang konsep dosa dengan memamparkan bahwa dosa adalah pelanggaran terhadap kesucian Allah. Dan setiap manusia telah terlibat di dalam pelanggaran itu karena semua orang telah jatuh kedalam dosa baik orang Yahudi yang merasa dirinya umat pilihan Allah dengan hukum Tauratnya dan perjanjian sunat maupun orang bukan Yahudi dengan agama kafirnya.

Orang Bukan Yahudi Berbuat Dosa

Dalam Roma 1:18-32 Rasul Paulus memaparkan dosa yang telah dilakukan oleh orang bukan Yahudi. Dosa yang diungkapakan oleh Paulus yang telah dilakukan oleh orang-orang bukan Yahudi dirinci antara lain: Kefasikan dan kelaliman. Istilah kefasikan menitik beratkan pada keberadaan hati manusia yang menentang Allah sedangkan istilah kelaliman menitik beratkan pada kelakuan manusia yang tidak sesuai dengan firman Allah. Dengan demikian manusia dengan sadar telah memberontak kepada Allah dan menjadi musuh Allah. Dan lebih jauh Paulus menjelaskan tindakan dosa yang dilakukan oleh manusia yaitu menindas kebenaran dengan kelaliman. Ungkapan ini menunjuk kepada tindakan sesat dari manusia di hadapan Allah. Karena memang manusia yang berdosa tidak tahan menghadapi kebenaran. Hal itu terlihat dari perilaku manusia yang ada di dalam dunia ini. Segala perbuatan mereka adalah kegelapan dan hidup dalam kegelapan.

Dosa lain yang dipaparkan oleh Paulus adalah penyembahan berhala. “Manusia telah berpaling dari Allah dan jatuh ke dalam penyembahan berhala.” Hal itu terlihat dalam Roma 1:23: ”Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.” Inilah dosa yang ironis di mana manusia, burung-burung dan binatang-binatang yang seharusnya merupakan saluran penyataan Allah tetapi justru disembah. Dan ini merupakan suatu tindakan yang tidak main-main di hadapan Allah. Penyembahan berhala adalah dosa yang menggantikan kemuliaan Allah dengan gambaran yang fana. Dengan demikian manusia menunjukkan sikapnya yang memberontak kepada Allah dengan tidak memuliakan Dia sebagai Allah.

Lebih jauh penyembahan berhala itu ditindak lanjuti oleh manusia dengan cara menggantikan kebenaran Allah dengan dusta yang diperlihatkan dengan menyembah mahluk ganti menyembah Allah dan melupakan Allah penciptanya sebagai pribadi yang patut dipuji untuk selama-lamanya. (Rm 1:25) Hal ini menunjukkan bahwa penyembahan berhala akan menyeret orang jauh dari Allah dan menjadikan apapun yang ada dalam dunia ini menjadi allah dan pada akhirnya akan melupakan Allah penciptanya.

Lebih jauh Paulus menjelaskan tentang dosa yang menguasai orang bukan Yahudi. Hal itu terdapat dalam Roma 1:26-32 yaitu: Hawa nafsu yang memalukan dengan cara persetubuhan yang menyimpang, pikiran yang terkutuk, hidup dalam kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, pemberontak kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyang, tidak mengenal belas kasihan. Inilah daftar dosa yang paling lengkap dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa orang bukan Yahudi memiliki hakekat hidup yang berdosa dan tabiat dosa itu telah menguasai kehidupannya.

Orang Yahudi Berbuat Dosa

Setelah Paulus memaparkan keadaan orang non Yahudi yang telah jatuh ke dalam dosa, kemudian dia beralih kepada orang Yahudi yang tidak jauh berbeda dengan orang bukan Yahudi. “Meskipun orang Yahudi mempunyai lebih banyak hak istimewa daripada bangsa kafir, orang Yahudi juga tidak mencapai kebenaran.”7 Mereka begitu bangga dengan hukum Taurat tetapi tidak mentaatinya (Rm 2:17-24), dan merasa memiliki perjanjian lewat sunat lahiriah tetapi tidak benar-benar disunat dalam hati mereka (Rm 2:25-29). Kebanggaan ini hanya sekedar kebanggaan semu yang menunjukkan keangkuhan mereka karena merasa berbeda dengan bangsa lain. Mereka merasa berhak untuk menggurui dan mengadili bangsa lain karena mereka memiliki hukum Taurat tanpa memikirkan untuk melakukan apa yang mereka ajarkan. Sebab mereka mengajar orang lain untuk tidak mencuri sedang mereka sendiri adalah pencuri. Mereka berkata jangan berzinah padahal mereka hidup dalam perzinahan. Mereka jijik akan segala berhala tetapi mereka sendiri merampok rumah berhala? Dengan demikian kelakuan mereka membuat nama Allah diejek oleh bangsa-bangsa lain. (Rm 2:21-24) Sebagai bangsa yang memiliki perjanjian Allah lewat sunat tetapi hakekat sunat itu mereka abaikan. Sebab sunat lahiriah menjadi tidak berarti kalau mereka tidak melakukan tuntutan hukum Taurat (Rm 2:25) Jadi, mereka hanya fokus pada hal-hal lahiriah tetapi mengabaikan hal-hal rohani. Itulah sebabnya Paulus berkata bahwa sunat yang sejati itu lebih pada sunat hati atau secara rohani.

Orang Yahudi gagal untuk menemukan kebenaran karena memakai cara-cara yang keliru. Mereka berpikir bahwa mereka akan mendapatkan kebenaran di hadapan Allah dengan melakukan hukum Taurat. Justru dengan adanya hukum Tauratlah mereka akan menyadari bahwa mereka adalah orang berdosa. “Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.” (Rm 3:20).

Jadi posisi orang Yahudi yang merasa memiliki hukum Taurat dan perjanjian melalui sunat tidak ada bedanya dengan orang bukan Yahudi. Mereka juga adalah orang berdosa yang telah gagal memenuhi tuntutan kebenaran Allah. Walaupun anggapan ini mendapatkan pertentangan karena merasa bahwa tidak ada faedahnya keadaan mereka yang dikhususnya Allah menjadi umat-Nya yang memiliki hukum Taurat dan perjanjian sunat. Namun pertentangan itu dijawab oleh Paulus bahwa Allah tidak pernah salah dalam memutuskan segala sesuatu termasuk dalam memberikan hukum Taurat dan sunat bagi bangsa Israel. Sekalipun orang Yahudi telah gagal tetapi Allah tidak pernah gagaldalam memenuhi maksud-Nya bagi orang Yahudi (Rm 3:1-20).

Semua Orang Telah Jatuh kedalam Dosa

Dengan demikian semua orang, baik Yahudi dan bukan Yahudi adalah orang berdosa. Semuanya telah memiliki kemerosotan ahlak. “Dalam uraian mengenai berbagai golongan manusia biasa terdapat gambaran kemerosotan rohaniah dan akhlak, Sesunggunya, kemerosotan rohaniah membawa kemerosotan akhlak.” Dan kemerosotan itu telah melanda semua manusia sebab tidak ada satupun yang mendapatkan pengecualian karena semua orang telah ada di bawah kuasa dosa. Hal itu terlihat dari ungkapan pemazmur yang dikutip Paulus yang mengatakan: "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak...” (Rm 3:9-20). Kutipan Paulus itu menunjukkan kekurangan manusia baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi. “Pengulangan kata tidak ada menegaskan bahwa tidak ada pengecualian.9 Jadi, kalau orang Yahudi dengan hak-hak istimewa yang mereka miliki saja dinyatakan bersalah di hadapan Allah, maka apalagi orang-orang bukan Yahudi. Dengan demikian siapapun orang telah jatuh ke dalam dosa dan memiliki hakekat dosa di dalam dirinya. Dan setiap dosa akan mendapatkan konsekuensi.

HUKUMAN TERHADAP DOSA

Allah tidak akan pernah berdiam diri terhadap dosa manusia baik itu dosa yang dilakukan oleh orang bukan Yahudi maupun orang Yahudi. Sebagaimana diungkapkan dalam roma 6:23 yang berkata: “Sebab upah dosa ialah maut;” Jadi, setiap dosa akan mendapatkan konseskuensinya dan dalam suratnya ini Paulus memaparkan bahwa konsekuensi dosa itu adalah murka Allah. “Itu adalah kemarahan pribadi dan reaksi Allah yang tetap terhadap segala dosa yang dibangkitkan oleh kelakuan jahat orang-orang dan bangsa-bangsa dan oleh ketidaksetiaan umat Allah.”

Murka Allah atas Orang Bukan Yahudi

Firman Allah berkata: “Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.” (Rm 1:18). Kata nyata atau dinyatakan memiliki bentuk waktu kini yang menunjuk suatu tindakan aktif dari Allah yang sedang berlangsung. Dalam hal ini Allah melaksanakan murkanya atas dosa yang telah dilakukan oleh manusia. Dan kata sorga menunjuk kepada asal dari murka itu yaitu dari Allah sendiri yang menunjukkan bahwa murka itu sunguh-sungguh berasal dari Allah sendiri. Dengan demikian murka Allah yang tak dapat dielakkan terjadi dalam kehidupan manusia. “Murka Allah adalah tanggapan-Nya yang layak dan benar
terhadap dosa manusia.

Bentuk murka yang Allah nyatakan adalah menyerahkan manusia kepada kecemaran. Kata menyerahkan diulang sebanyak tiga kali (Rm 1:24, 26, 28). yang menunjukkan penampakan dari hukuman bukan menunjuk kepada tindakan yang diperbolehkan. Dan kalau kita lihat tindakan manusia yang berupa hukuman itu adalah perbuatan-perbuatan yang menyangkali keberadaan manusia itu sebagai manusia. Perilaku mereka tidak ubahnya seperti binatang dan bahkan lebih rendah dari binatang (Rm 1:24, 26, 28).

Murka Allah atas Orang Yahudi

Karena orang Yahudi juga melakukan pelanggaran di hadapan Allah, maka mereka juga mendapatkan hukuman karena pelanggaran itu. Sekalipun orang Yahudi merasa lebih baik dari orang bukan Yahudi tetapi karena mereka juga pelaku dosa maka mereka juga akan mendapat murka Allah. “Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?” (Rm 2:3). Dan lebih jauh Paulus mengungkapkan bahwa mereka juga akan mendapat murka Allah atas hidup mereka yang tidak mau bertobat. “Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.” (Rm 2:5). Kata menimbun di sini artinya menyimpan dan yang disimpan di sini adalah murka Allah. Hal itu menjadi paradoks karena kata itu biasanya menunjuk kepada hal-hal yang baik.

Penghukuman Allah atas orang Yahudi dilakukan sesuai dengan perbuatan mereka. Dan mereka akan mendapatkan murka Allah karena tidak taat kepada kebenaran tetapi kepada kelaliman. Dan kesesakan dan penderitaan kepada mereka yang berbuat jahat (Rm 2:8-9). Dan penghukuman Allah itu pasti dan tidak ada satu orangpun yang bisa lolos dari hukuman itu. Upaya manusia akan sia-sia untuk melepaskan dirinya dari murka Allah yang akan datang kecuali manusia mengimani kebenaran yang ditawarkan Allah untuk bebas dari murka Allah.

CARA MENGATASI DOSA MANUSIA

Di atas telah diuraikan bahwa apapun tindakan manusia tidak akan bisa lepas dari akibat dosa. Itulah sebabnya Allah menawarkan jalan pembenaran untuk lepas dari dosa. Tentu jalan ini bukan jalan hukum Taurat karena hukum Taurat mengajarkan sesuatu yang tidak akan mungkin manusia bisa lakukan. “Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya (Rm 3:21-22). Kita telah dibenarkan berarti kita dianggap telah memenuhi syarat-syarat perjanjian antara Tuhan dengan umat-Nya. Dan kebenaran ini dapat dialami oleh sipapun baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi dengan percaya kepada Yesus Kristus. Karena memang tidak ada perbedaan baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi telah sama-sama berbuat dosa dan juga sama-sama memerlukan pembenaran lewat iman. Ungkapan tidak ada perbedaan menunjukkan bahwa semua, baik bangsa Yahudi maupun bukan Yahudi oleh kasih karunia dibenarkan dengan cuma-cuma. Semua hanya dapat diselamatkan dengan cara yang sama yaitu oleh iman.13 Jadi penekanannya pada iman bukan pada Yahudi atau non Yahudi. Sebab kebenaran hanya diperoleh dari Allah dan hanya dapat dialami lewat iman.

Iman ini adalah unsur penting dalam penebusan lewat korban Kristus di atas kayu salib yang mendatangkan penebusan. Memang semua orang yang telah berbuat dosa itu memperlukan pembenaran lewat korban Kristus di atas kayu salib. Tetapi pembenaran itu hanya akan dialami oleh setiap orang yang sudah berdosa itu apabila mereka percaya kepada pengorbanan Kristus. Sebab pembenaran di dalam Kristus hanya akan menjadi nyata bagi hidup seseorang apabila orang itu percaya kepada korban Kristus. Jadi hal ini menunjukkan bahwa “sama seperti tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang bukanYahudi, mereka sama-sama di bahwa murka Allah dan tidak dapat membenarkan diri mereka, demikian juga tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi, karena mereka sama-sama dapat dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan melalui Kristus Yesus.

Pembenaran diberikan secara cuma-Cuma (Rm 3:24). Artinya bahwa tidak ada hal yang harus dilakukan oleh manusia berdosa untuk membayar pembenaran itu. Hal ini tentunya menjadi selaras dengan kenyataan yang sudah dijelaskan di atas bahwa segala upaya manusia tidak akan dapat membenarkan dirinya di hadapan Allah. Jadi, hanya percaya kepada karya Kristus di atas kayu salib itulah jawaban untuk dibenarkan oleh Allah. Karena “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.” (Rm 3:25-26). Jadi inisiatif dari pembenaran itu mutlak datangnya dari Allah dan Allah telah menetapkan jalan penyelesaian masalah dosa manusia hanya ada di dalam Yesus Kristus. Dan pembenaran itu hanya bisa dialami oleh setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas maka kita bisa melihat bahwa manusia baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi sudah jatuh ke dalam dosa. Dan setiap orang tidak bisa berdalih di hadapan Allah karena apa yang mereka perbuat menjadi bukti dari keberdosaan mereka. Orang bukan Yahudi memiliki hakekat dosa dalam diri mereka sehingga mereka hidup dalam keinginan daging yang menyesatkan. Dan orang Yahudi yang walaupun lebih baik hidupnya karena mereka menjadi umat pilihan Allah yang memiliki hukum Taurat dan perjanian lewat sunat tetapi justru hidup di dalam pelanggaran terhadap hukum Taurat dan hanya memiliki sunat secara jasmani tetapi tidak menyunatkan hati atau sunat secara rohani. Dengan demikian baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi akan mengalami konsekuensi dari dosa mereka. Karena tidak ada perbedaan sebab semua orang telah jatuh dalam dosa.

Allah dalam kekudusan-Nya tentu tidak akan pernah mendiamkan dosa. Itulah sebabnya Dia menghukum manusia yang telah jatuh ke dalam dosa itu dengan murka-Nya. Dan tidak ada seorangpun yang bisa lepas dari murka itu siapapun orangnya baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi. Sebab murka itu datangnya dari sorga dari Allah sendiri dan mencakup semua orang tanpa terkecuali. Dan tidak ada satupun yang bisa lepas dari murka itu apapun yang dilakukan oleh manusia termasuk oleh orang Yahudi yang memiliki hukum Taurat sekalipun.

Karena Allah menyadari bahwa manusia itu tidak dapat terhindar dari hukuman dosa dan segala upaya dan upayanya akan sia-sia dalam mengatasi dosanya, maka Dia menyediakan penyelesaian dari dosa lewat korban Kristus di atas kayu salib. Dengan demikian Allah menyediakan pembenaran manusia berdosa lewat iman kepada kebenaran Kristus. Hal itu terjadi karena memang manusia tidak bisa memenuhi tuntutan kebenaran Allah dari dirinya sendiri. Itulah sebabnya Allah menyediakannya dan memberikannya secara cuma-cuma didasari oleh anugerah-Nya namun hanya bisa dinikmati lewat percaya saja.

Oleh karena itu setiap manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa telah ada dibawah murka Allah dan tidak ada seorangpun bisa lepas dari murka itu kecuali dibenarkan lewat percaya kepada perngorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib.

KEPUSTAKAAN

Alkitab. Lembaga alkitab Indonesia, 1974.
Alkitab Sabda, http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=45&chapter=1&verse=18, 2013.
Davidson, F dan Martin, Ralph P. Tafsiran Alakitab Masa Kini 3: Roma, pen. Soedarmo Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988.
Dunnett, Waltter M. Pengantar Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, t.t.
En, Th. Van den. Surat Roma (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2008.
Hagelberg, Dave. Tafsiran Roma (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1998.
The Johurney fo My Theophylo. http://thejourneyofmytheophylo.blogspot.com/2011/09/ dosa-dalam-perspektif-surat-kitab-roma.html /2013

No comments: