Allah mengasihi Anda, dan DIA juga ingin agar Anda mengasihi DIA

Monday 20 August 2012

HIDUP YANG MENJADI BERKAT

Bacaan Alkitab: Mazmur 133 : 1 - 3 

Setiap orang percaya pasti diberkati, demikian janji Tuhan. Namun mengapa tidak semua orang mengalaminya? Karena pemahaman mereka tentang berkat adalah menurut pola pemahaman mereka sendiri, bukan menurut pemahaman Tuhan. Ada banyak orang memahami bahwa berkat itu adalah berupa uang yang banyak atau kekayaan yang melimpah. Itulah sebabnya banyak orang berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengumpulkan uang dan kekayaan. Padahal dalam ayat di atas dijelaskan bahwa berkat itu datang karena diperintahkan oleh Allah. ”... Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.” (ayat 3). Itulah sebabnya banyak orang memiliki uang dan kekayaan tetapi tidak memiliki berkat dalam hidupnya. Jadi berkat itu bukan selalu berupa uang dan kekayaan, tetapi kemampuan untuk menikmati apa yang kita miliki dalam hidup ini termasuk di dalamnya uang dan kekayaan. Berkat Tuhan akan menjadi milik kita, jika kita berada di jalur berkat-Nya. Bagaimanakah hidup yang berada di jalur berkat Tuhan itu ?

Pertama, dengan menjalani hidup yang menyatu. Allah menghendaki anak-anak-Nya untuk diam bersama (=menetap, menyatu, sepakat bersama) orang lain dengan rukun. ”…alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!” (ayat 1). Di situlah berkat Tuhan akan diwujudnyatakan. Seseorang akan dapat menyatu dengan orang lain apabila ia mau memberi dirinya bagi orang itu. Kata ‘apabila’ menunjukan bahwa ini adalah tindakan opsional, yang sepenuhnya tergantung pada diri kita sendiri. Jadi sebenarnya Allah telah menyediakan berkat-Nya di suatu rumah, namun apakah berkat itu dapat dinikmati, bergantung kepada setiap orang yang berada di dalam rumah itu; yakni apakah mereka mau bersama-sama meraihnya dalam kerukunan hidup bersama? 

Kedua, berkat akan menjadi milik kita, jika kita menjalani hidup yang bermanfaat bagi orang lain. Seperti minyak yang mengobati, hidup kita dapat menjadi “obat” bagi luka orang lain. Seperti minyak yang harum, hidup kita dapat memperindah, mengharumkan dan memberikan kesegaran di tengah teriknya kehidupan. Saat minyak itu meleleh karena panas, di situlah ia menebarkan keharumannya dan menghilangkan bau di sekitarnya. Hidup yang bermanfaat juga diibaratkan seperti embun. Di alam Israel yang begitu langka akan hujan, embun sungguh merupakan harapan. Datangnya embun, mengawali datangnya hujan, yang membawa harapan untuk tumbuh dan menghasilkan buah. Allah menurunkan embun di bukit Hermon, namun tidak pernah embun itu tetap tinggal di atas. Embun harus turun mengaliri lereng-lereng di bawahnya, karena jika tidak, ia akan mengakibatkan pembusukan. Apapun yang kita miliki saat ini, ingatlah bahwa itu bukan milik Anda sendiri. Sebagian adalah milik orang lain yang harus dialirkan dan menjadi berkat bagi mereka. Jika kita setia melaksanakannya, maka dengan tegas dikatakan bahwa Allah akan “memerintahkan” berkat-Nya bagi kita. ”Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya” (ayat 3). Itulah yang dirindukan Tuhan. Berjalan seiring, seia-sekata, saling memberi diri dan dengan setia mengasihi Tuhan untuk bersama-sama menuju dan meraih berkat yang telah disedikan-Nya. Berkat Allah akan turun saat kita menjadi berkat bagi sesama.

No comments: