Allah mengasihi Anda, dan DIA juga ingin agar Anda mengasihi DIA

Saturday 6 March 2010

HIDUP YANG BERARTI

Bacaan Alkitab: Pengkhotbah 2 : 1 – 11

Hal yang paling menyedihkan dalam hidup manusia adalah jika kerja kerasnya tidak memiliki arti atau berakhir dengan kesia-siaan. Banyak orang yang telah mencapai puncak kesuksesan namun berakhir dengan ironi: mereka tidak mendapatkan kebahagiaan bahkan sebaliknya hidupnya terasa hampa, sia-sia dan tak berguna. Tak jarang mereka akhirnya memilih untuk bunuh diri dalam keputusasaannya. Salomo, adalah salah satu diantaranya. Dia adalah seorang raja yang agung di Israel. Tidak ada raja yang seperti dia sebelum dan sesudah dia. Salomo hidup dipenuhi dengan berbagai kesuksesan sebagai raja, tetapi semua pencapaiannya tidak memiliki dampak dalam hidupnya dan menganggapnya sebagai sebuah kesia-siaan. Di masa tuanya, saat semua keberhasilan hidup telah diraihnya, ia justru merasakan bahwa hidup itu percuma dan tak ada artinya. Mengapa bisa demikian? Apa yang membuat kehidupan Salomo menjadi sia-sia padahal ada banyak pencapaian hidup yang ia alami?

Karena segala usahanya bersumber dari kekuatannya sendiri

Pada ayat 1 Salomo berkata: “Aku berkata dalam hati: “Mari, aku hendak menguji kegirangan! Nikmatilah kesenangan!” Salomo berpikir bahwa ia akan dapat menggapai kebahagiaan dari usahanya sendiri. Hal itu lebih jauh terlihat dari sikap Salomo dalam memenuhi segala sesuatu bagi hidupnya dengan apa yang bisa ia lakukan dari keberadaannya sebagai seorang Salomo yang adalah raja yang termasyur dan memiliki hikmat. “Aku menyelidiki diriku dengan menyegarkan tubuhku dengan anggur, — sedang akal budiku tetap memimpin dengan hikmat —, dan dengan memperoleh kebebalan, sampai aku mengetahui apa yang baik bagi anak-anak manusia untuk dilakukan di bawah langit selama hidup mereka yang pendek itu. Aku melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, mendirikan bagiku rumah-rumah, menanami bagiku kebun-kebun anggur; aku mengusahakan bagiku kebun-kebun dan taman-taman, dan menanaminya dengan rupa-rupa pohon buah-buahan; aku menggali bagiku kolam-kolam untuk mengairi dari situ tanaman pohon-pohon muda. Aku membeli budak-budak laki-laki dan perempuan, dan ada budak-budak yang lahir di rumahku; aku mempunyai juga banyak sapi dan kambing domba melebihi siapa pun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku.” (ayat 3-7) Dari ungkapan di atas kita melihat kata-kata: aku, aku dan aku. Pencapaian hidup Salomo dihasilkan dari apa yang bisa ia lakukan dari kekuatannya sendiri. Dia berpikir dengan bekerja keras sudah cukup untuk menghasilkan hidup yang berarti, tetapi ternyata tidak membuat dia bahagia dan justru hidup dalam kegamangan. Memang ia akhirnya mendapatkan apa yang diusahakan karena ia sudah berjerih lelah dengan segala apa yang ia bisa lakukan dari kekuatannya sendiri, tetapi ia juga berkata semuanya sia-sia dan usaha menjaring angin. Itu semua karena Salomo mendasarkan kebahagiaannya itu pada keakuannya (ayat 3,8), kekuatan atau kemampuannya (ayat 4-7), dan kebesarannya (ayat 9). Ia mengira bahwa karya-karya besar yang telah dibuatnya dapat menciptakan kebahagiaan baginya. Namun ternyata kebahagiaan itu tidak ditentukan oleh progresivitas hidup seseorang.

Memang segala usaha yang didasari oleh kekuatan sendiri sering menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hasilnya sehingga kalaupun kita mendapatkan apa yang kita cari akan menjadi sesuatu yang membebani kita. Tetapi kalau kita melibatkan Allah dalam setiap usaha dan kerja keras kita, maka kita akan mendapatkan berkat dari hasil usaha itu. Berkat di sini tidak selamanya berupa materi atau pencapaian hidup secara dunia, tetapi damai sejahtera yang memenuhi hati dalam setiap usaha dan kerja keras itu sehingga apapun hasilnya adalah sesuatu yang bisa kita nikmati dan bukan hanya sekedar kita kumpulkan. Buat apa kita mengumpulkan banyak tetapi kita tidak bisa menikmatinya dibanding kita mendapat sedikit namun bisa dinikmati. Dan alangkah idahnya, sementara kita bisa menghasilkan banyak hal termasuk di dalamnya kesuksesan menurut dunia ini tetapi juga bisa menikmatinya dan membuat kita bahagia. 

Jadi, kalau mau memiliki hidup yang berarti, kerjakanlah segala sesuatu yang menjadi panggilan hidup dan tanggung jawab Anda dengan mengikut sertakan Allah di dalamnya. Apapun pekerjaan Anda di tengah-tengah dunia ini, Anda sangat membutuhkan Allah di sana sebab kita tidak tahu apa yang berguna bagi kita dalam pekerjaan itu tanpa kita melibatkan Allah di dalamnya. Tidak semua yang baik itu berguna bagi kita.

Karena orientasi usahanya hanya untuk kepentingan diri sendiri

Kesisian-siaan hidup akan terjadi apabila segala usaha hanya fokus pada diri sendiri sehingga segala sesuatu hanya dikerjakan apabila ada keuntungan bagi diri sendiri. “Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja dan daerah-daerah. Dengan demikian aku menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada siapa pun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku; dalam pada itu hikmatku tinggal tetap padaku.” (ayat 8-9) Salomo hanya mencari sesuatu yang memiliki keuntungan bagi dirinya sendiri sehingga tidak mustahil untuk memenuhinya pun dia akan melakukan apa saja untuk mencapainya. Memang hasilnya melimpah dan sampai ia berkata: “ aku menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada siapa pun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku;” Tetapi semuanya itu tidak membuat dia bahagia namun justru menjadi beban yang membuat dia menjadi penat sehingga dia berkata: “kesia-siaan dan usaha menjaring angin”

Setiap perkerjaan bukan hanya dilihat pada untung rugi secara materi, tetapi makna dari pekerjaan itu sendiri bagi kita dan orang-orang di sekitar kita. Bisa saja suatu usaha, kita lakukan tanpa memiliki untung bagi kita secara materi, tetapi sangat bermanfaat bagi orang lain. Kalau hal seperti itu yang terjadi, maka kita akan melihat hidup itu lebih baik dan indah adanya. Jadi, jangan hanya melakukan sesuatu yang memiliki keuntungan secara pribadi, tetapi pikirkan juga usaha yang di dalamnya orang lain mendapatkan sesuatu.

Karena tujuan usahanya itu adalah bagi kepuasan dirinya sendiri

Segala usaha yang dilakukan oleh Salomo bertujuan untuk kepuasan dirinya.” Aku mencari bagiku biduan-biduan dan biduanita-biduanita, dan yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni banyak gundik. Aku tidak merintangi mataku dari apa pun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apa pun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku.” (ayat 8 dan 10) Di sini terlihat bahwa Salomo berkerja dengan orientasi bagi pemuasan hasrat diri sendiri sehingga apapun dikerjakan hanya untuk pemuasan diri sendiri sekalipun itu adalah sesuatu yang melanggar kekudusan Allah. Mungkin hatinya bergembira dengan apa yang ia lakukan, tetapi sesungguhnya Salomo menjerit karena pada dasarnya hatinya kosong dan kesepian sehingga ia pun berkata: “kesia-siaan dan usaha menjaring angin.”

Hidup akan memiliki arti jika tujuannya bukan bagi pemuasan diri sendiri, melainkan bagi Allah yang telah memanggil kita. Kita harus mengingat bahwa kita hidup dan segala karya kita semata-mata adalah bagi DIA yang telah menentukan kita hidup di dunia ini. Jadi ukuran dari keberhasilan itu adalah apakah Allah senang dengan segala sesuatu yang kita lakukan dan apakah Dia suka dengan segala hasil yang kita peroleh dari usaha itu?

Di akhir perenungannya, Salomo menyadari bahwa hidupnya tidak akan sia-sia JIKA saja dia: Mengingat Penciptanya selagi muda (12:1). Artinya hidup akan memiliki arti jika kita melibatkan Allah dalam hidup kita sejak dini. Dalam setiap aktifitas kita sehari-hari. Dan juga takut pada Allah dan mentaati perintahNya (12:3). Tujuan Allah menciptakan manusia adalah supaya kita mengagungkan-Nya, menghormati-Nya, tidak mencemarkan nama baik-Nya serta mentaati perintah-perintah-Nya.

Tidak ada yang salah dengan kesuksesan, karena TUHAN pun menginginkan anak-anak-Nya hidup sukses. Namun ukuran kebahagiaan bukanlah kesuksesan. Kebahagiaan hanya akan dapat diperoleh jika kita mempersilakan TUHAN untuk menuntun, mengarahkan dan memimpin hidup kita. Allah merindukan setiap manusia ciptaan-Nya memiliki hidup yang penuh arti dan itulah kesuksesan hidup.


Kembali ke halaman utama

No comments: