DOKTRIN KESELAMATAN MENURUT PAULUS DAN YAKOBUS
Oleh: Pdt. Mauli Siahaan.
Pengantar
Salah satu doktrin yang dibicarakan oleh Paulus dan Yakobus adalah soteriologi. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa ada beberapa ungkapan yang berbeda yang mereka sampaikan ketika menjelaskan tentang doktrin keselamatan ini khususnya mengenai pembenaran dan iman. Hal itu terjadi karena pendekatan yang berbeda dalam pengungkapan tentang iman yang dihubungkan dengan pembenaran. Itulah sebabnya betapa penting kita harus mengetahui konteks dari nas yang mereka tuliskan sehingga kita tidak salah memahami maksud dari setiap pernyataan mereka.
Memang secara sepintas Paulus dan Yakobus memiliki pandangan yang berbeda tentang dokrin keselamatan khususnya mengenai pembenaran. Di satu sisi pembenaran menurut Paulus adalah semata-mata oleh anugerah Allah yang diterima melalui iman sedangkan Yakobus menekankan bahwa pembenaran terjadi lewat perbuatan. Hal ini menjadi perdebatan sampai hari ini sehingga menimbulkan persepsi bahwa Paulus dan Yakobus memiliki perbedaan yang mendasar mengenai keselamatan. Namun kalau kita teliti secara seksama, tidak ada perbedaan dari kedua pendapat penulis Perjanjian Baru (PB) ini, hanya mereka memiliki penekanan yang berbeda dalam prinsip yang sama. Untuk itulah penulis mencoba memapakarkan ungkapan-ungkapan Paulus dan Yakobus untuk melihat kontras, kesamaan, dan keunikan soteriologi Paulus dibandingkan dengan soteriologi Yakobus.
Doktrin keselamatan memang menjadi salah satu doktrin yang sering disalah pahami kalau tidak mendekatinya sesuai dengan konteksnya. Namun kalau kita setia pada teks, maka kita akan menemukan bahwa setiap pernyataan di dalamnya adalah benar dan saling mendukung satu sama lain. Kiranya tulisan ini memiliki kontribusi bagi pembaca untuk mengetahui bahwa keselamatan semata-mata adalah anugerah yang diterima melalui iman yang terlihat dalam perjalanan hidup sehari-hari.
Pendahuluan
Banyak orang khususnya para teolog yang mempertanyakan doktrin keselamatan yang ada dalam surat Yakobus. Sebab “Yakobus mengemukakan satu problem teologis di mana ia dianggap menentang doktirn Paulus tentang pembenaran.” Hal itu timbul karena sebagian orang memandang bahwa doktrin keselamatan yang ada dalam surat Yakobus berbeda dengan surat-surat yang lain khususnya surat-surat Paulus. Pertanyaan itu timbul karena Yakobus menekankan pembenaran malalui perbuatan di mana hal itu sangat berbeda dengan rasul Paulus yang mengatakan bahwa manusia dibenarkan hanya melalui iman. Tentu hal ini sangat bertolak belakang satu sama lain dan menjadi pandangan yang sangat merusak doktrin keselamatan khususnya di kalangan orang Kristen. Itulah sebabnya selama beberapa abad surat Yakobus ditentang di kalangan gereja. Origenes dan Eusibius menyebut surat Yakobus sebagai surat yang memiliki nilai yang diragukan.
Melihat perdebatan itu timbul pertanyaan, “Apakah benar konsep kesalamatan Yakobus khususnya mengenai pembenaran merupakan sesuatu yang berbeda dengan apa yang diberitakan oleh rasul Paulus? Atau apakah konsep mereka pada dasarnya sama tetapi dalam pengungkapan atau penekanan yang berbeda? Bisa saja pernyataan-pernyataan mereka tentang pembenaran berbeda karena fokus atau penekanan yang berbeda tetapi dalam prinsip yang sama. Prinsipnya bahwa keselamatan adalah anugerah yang diterima melalui iman seperti yang diungkapkan oleh Paulus dalam Efesus 2:8 di mana Paulus menekankan keselamatan itu dari sisi anugerah sebagai dasar dari keselamatan itu dan Yakobus menekankan perbuatan baik sebagai hasil dari keselamatan itu. Penekanan yang berbeda ini tentu diperlukan agar terjadi keseimbangan dalam penerapannya. Hal ini perlu dikaji lebih jauh lewat pengamatan teks surat-surat Paulus dengan surat Yakobus. Untuk itu perlu paparan yang mendalami mengenai pandangan doktrin keselamatan yang dianut oleh Paulus dan Yakobus sehingga kita bisa melihat paham mereka yang sesungguhnya.
Itulah sebabnya penulis akan mencoba untuk memaparkan kontras, kesamaan, dan keunikan soteriologi Paulus dengan Yakobus dengan harapan bisa mejawab pertanyaan di atas.
Dan melalui tulisan ini kita akan memahami makna doktrin keselamatan menurut rasul Paulus dan Yakobus sehingga kita akan menyadari bahwa memang ada penekanan yang berbeda ketika mereka menuliskan surat-suratnya. Hal itu tentu akan membuat doktrin di antara mereka menjadi kontras namun juga ada kesamaan, dan keunikannya masing-masing.
Doktrin Keselamatan Menurut Paulus dan Yakobus.
Doktrin keselamatan adalah salah satu doktrin yang mendapat perhatian dari penulis PB khususnya Paulus dan Yakobus. Dibanding dengan Yakobus, rasul Paulus lebih banyak membicarakan doktrin ini, dan dia lebih luas serta lebih dalam ketika mengungkapan rahasia tentang keselamatan yang telah Allah sediakan bagi setiap orang.
Kontras
Ketika Rasul Paulus dan Yakobus membicarakan dotrin keselamatan tentu mereka memiliki penekanan yang berbeda-beda dalam mendekatinya. Dengan demikian ada sesuatu yang ditekankan oleh Paulus di mana hal itu tidak mendapatkan perhatian oleh Yakobus dan sebaliknya. Jadi, di antara kedua penulis PB ini ada paham soteriologi yang kontras.
Paulus
Paulus lebih melihat inisiatif Allah dalam mengupayakan keselamatan bagi manusia berdosa sehingga dia lebih menekankan karya Allah ini dalam merealisasikannya. Hal itu terlihat dalam pernyataannya dalam Efesus 2:8-9 yang berkata; “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” Ungkapan ini menunjukkan bahwa karya keselamatan itu mutlak adalah prakarsa Allah dan pelaksanaannyapun semata-mata adalah karya Allah. Hal itu terlihat dari kata kasih karunia atau anugerah yang memiliki arti pemberian cuma-cuma di mana tidak ada sedikitpun andil manusia di dalamnya. Hal itu diperjelas oleh Paulus dengan dua frasa; bukan hasil usahamu dan bukan hasil pekerjaanmu. Frasa ini menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki kontribusi apapun dalam penyediaan keselamatan. Dengan demikian Paulus ingin mengatakan bahwa keselamatan hanya ada karena Allah yang bekerja untuk menyediakannya.
Pernyataan Pulus ini juga ditegaskan dalam surat-suratnya yang lain seperti dalam Roma 3:24 yang berkata; “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” Di sini Paulus menekankan keselamatan dalam bentuk pembenaran bagi manusia berdosa secara cuma-cuma dan bukan karena sesuatu yang dilakukan oleh manusia tetapi karena korban Kristus di atas kayu salib. “Paulus dalam berbagai cara mengaitkan pernyataan kebenaran Allah dengan kematian dan kebangkitan Kristus.” Jadi, keselamatan itu tersedia karena kerelaan dari Yesus Kristus mati di atas kayu salib untuk menanggung dosa manusia.
Dengan demikian rasul Paulus lebih menekankan pada upaya Allah dalam menyediakan keselamatan itu. Bukan berarti Paulus melupakan sisi manusia apalagi dalam hubungannya dengan iman. Tetapi dia lebih fokus pada pribadi Allah untuk memaparkan ketersediaan keselamatan bagi manusia. Hal ini terjadi karena Paulus menyadari bahwa tidak ada satu usaha manusia yang bisa memenuhi ketentuan Allah untuk dapat menyelamatkan manusia dari keberdosaannya. “Paulus...menunjukkan bahwa bukanlah kepatuhan pada hukum Taurat, melainkan iman semata-mata, yang membawa manusia pada pembenaran dengan Allah.“ Itulah sebabnya Paulus meyakini bahwa hanya karena tindakan Allah didorong oleh karena kasih-Nya, Dia mengupayakan keselamatan itu.
Keselamatan yang sudah disediakan oleh Allah perlu direspons manusia apabila ingin menikmatinya. Respons itu adalah iman. “Bagi Paulus iman adalah penerimaan Injil dan penyerahan pribadi kepada Dia yang diberitakan...iman itu bersifat pribadi, kepercayaan yang tulus,” Dengan demikian iman adalah syarat untuk mengalami keselamatan dan bukan untuk menyediakan keselamatan. Memang tanpa iman manusia tidak akan bisa mengalami keselamatan tetapi penyediaan keselamatan mutlak adalah pemberian Allah.
Yakobus
Kalau Paulus lebih fokus pada Allah dalam menyediakan keselamatan, Yakobus lebih memperhatikan realisasi dari keselamatan itu dalam kehidupan manusia. Itulah sebabnya dia lebih menekankan apa yang manusia lakukan dalam menanggapi keselamatan yang Allah sediakan. Hal ini terjadi karena Yakobus mengamati kehidupan kekristenan pada jaman itu yang setengah hati. Dengan demikian “Yakobus melawan kecenderungan banyak orang Kristen yang menjadi puas dengan iman yang dipraktekkan dengan setengah hati dan sikap kompromi yang mencari hal-hal yang dianggap terbaik dari dunia ini.” Itulah sebabnya Yakobus ingin mempertanyakan kontribusi apa yang harus dilakukan oleh manusia dalam hubungannya dengan keselamatan yang sudah tersedia.
Dalam hal ini Yakobus ingin mempertanyakan bukti keselamatan dari orang-orang yang mengaku diri sudah diselamatkan. Kalau orang-orang yang mengaku diri sudah diselamatkan itu ternyata tidak memperlihatkan perbuatan yang sudah diselamatkan maka pada prinsipnya mereka belum diselamatkan sekalipun mereka mengaku bahwa mereka memiliki iman. Itulah sebabnya Yakobus berkata, “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” Dengan kata lain Yakobus ingin menantang orang-orang yang berkata memiliki iman agar memperlihatkannya dalam perbuatan. Di sini dia ingin menekankan sisi manusianya, bukan dalam pengadaan keselamatan tetapi dalam pembuktian keselamatan yang sudah di alami oleh setiap orang yang sudah diselamatkan. Jadi Yakobus memfokuskan diri pada perilaku orang yang sudah menerima keselamatan itu dengan iman. Karena iman yang sesungguhnya adalah iman yang bukan hanya ada di hati, tetapi juga yang terlihat dalam realita hidup sehari-hari.
“Yakobus menggunakan konsep iman menurut penegasan rabi tentang emuna, yang berarti penegasan tentang monoteisme! Bagi Yakobus iman itu adalah pendapat yang ortodoks.” Jadi, dia mendorong penerima suratnya agar tidak membuat ringan arti iman yang sesungguhnya. Iman bukan hanya di mulut tetapi juga di dalam tindakan yang nyata.
Satu hal yang sering dianggap orang di mana Yakobus memiliki pemahaman bahwa manusia dibenarkan oleh perbuatan dengan menyodorkan Yakobus 2:21 yang berbunyi, “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?” Dalam ayat ini memang terlihat sepintas bahwa perbuatan Abraham yang mempersembahkan Ishak menjadi alasan Allah membernarkan dia. Padahal kalau kita menyimak lebih jauh ungkapan di atas maka kita akan melihat bahwa kata yang dipakai di sana bukan kata perbuatan dalam bentuk tunggal tetapi jamak, yaitu perbuatan-perbuatan. Artinya jauh sebelum Abraham mempersembahkan Ishak anaknya, ia telah melakukan hal-hal yang menunjukkan imannya termasuk dalam mempersembahkan Ishak. Dengan demikiaan perbuatan-perbuatan yang didasari oleh iman itulah yang dinilai oleh Allah sebagai kebenaran. “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Dengan kata lain, perbuatan-perbuatan yang didasari oleh imannya kepada Allah yang memanggil dia mulai dari ketika dia harus meninggalkan negerinya sampai kepada perintah Allah untuk mempersembahkan Ishak dinilai Allah sebagai kebenaran. “Dalam hal ini dibenarkan berarti diakui benar di hadapan Allah. Hal ini menegaskan sinergi antara iman dan perbuatan dan itulah iman yang sejati.” Itulah sebabnya Yakobus menanggapi tindakan Abraham ini sebagai tindakan yang dibenarkan di hadapan Allah karena Abraham melakukannya di dasari oleh imannya kepada Allah yang memanggil dia. “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.” Di sini Yakobus tidak berkata bahwa manusia dibenarkan lewat perbuatannya tetapi dibenarkan bukan hanya karena iman. Yakobus mau menegaskan bahwa yang membenarkan manusia di hadapan Allah adalah imannya yang nyata dalam perbuatan. Itulah sebabnya Yakobus memaparkan sebuah contoh yaitu kehidupan Rahab untuk membuktikan hal itu. Rahab bukan hanya percaya bahwa Allah orang Israel itu adalah Allah yang Mahakuasa, tetapi dia juga mewujud nyatakan imannya itu dalam perbuatan. Hal itu terlihat ketika dia hendak menolong dua pengintai yang masuk ke rumahnya.
Jadi, Yakobus menekankan sisi penerapan iman dalam hubungannya dengan keselamatan manusia. Dengan demikian perbuatan yang didasari oleh iman adalah bukti pembenaran seseorang di hadapan Allah.
Kesamaan
Sekalipun doktrin keselamatan dari rasul Paulus sepertinya berbeda dengan Yakobus namun pada hakekatnya adalah sama. Kesamaan yang bisa dilihat adalah dari sisi manusia yang merespons keselamatan itu. Paulus dan Yakobus sama-sama menyadari bahwa respons yang tepat untuk mengalami keselamatan adalah iman
Paulus
Dalam hubungannya dengan keselamatan, Rasul Paulus menekankan sisi iman lebih daripada penulis yang lain dalam PB. Ini menunjukkan bahwa dia sangat menekankan sisi ini kalau ingin mengalami keselamatan yang Allah sudah sediakan. Sebab hanya lewat iman, manusia bisa mengalami keselamatan dalam Kristus. Dalam Roma 6:11 berkata, “Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” Dan dalam Kolose 2:12 berkata, “...karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.” Dari ayat-ayat ini Paulus memaparkan “bahwa melalui iman, Roh Kudus menyatakan diri kepada manusia melalui semua karya dan anugerah-Nya, dan membuat manusia berbagai dalam hidup baru.”
Rasul Paulus tidak hanya menekankan sisi iman dalam sebuah pernyataan semata, tetapi juga ia menekankannya dalam sebuah aplikasi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu terlihat dalam 2 Korintus 13:5, “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.” Mengenai ayat ini Ridderbos memberikan ulasan sebagai berikut: "Apa yang dinyatkan secara eksplisit dan langsung oleh ayat-ayat ini, dinyatakan secara tidak langsung oleh ayat-ayat di dalam mana Paulus mengganti istilah “di dalam Kristus” dan “di dalam Roh”, dengan “di dalam iman” atau “oleh imam”. Hidup, berjalan, dan berdiri di dalam Kristus seperti yang diungkapkan dalam Roma 6:11, Kolose 2:6, Filipi 4:1, 1 Tesalonika 2:8, yang ditempat lain disebut sebagai hidup dan berjalan oleh Roh seperti di dalam Galatia 5:25 dan Roma 8:4, disebut pula sebagai hidup berjalan dan berdiri dalam iman seperti dalam Galatia 2:20, 2 Korintus 5:7, Roma 11:20, 1 Korintus 16:13, 2 Korintus 1:24." Melihat pernyataan di atas sesungguhnya Paulus mendorong setiap jemaat untuk bukan saja memiliki iman dalam hati tetapi juga mewujud nyatakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kata yang dipakai oleh Paulus adalah berjalan di dalam iman. Jadi, setiap tindak tanduk orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus harus ditindak lanjuti dalam perjalanan hidup sehari-hari.
Yakobus
Penekanan iman juga dilakukan oleh Yakobus dalam hubungannya dengan keselamatan. Walaupun sepintas seolah-olah dia tidak terlalu memperhitungkan iman ini dalam perilaku hidup sehari-hari, Alasan dari pernyataan ini tentu diambil dari ungkapan Yakobus yang berkata, “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?” Sepertinya Yakobus lebih menekankan pada perbuatan daripada iman. Padahal justru karena Yakobus menekankan imanlah maka dia berbicara tentang wujudnyata dari iman itu. “Dalam hal ini, jenis iman yang dipertanyakan oleh Yakobus adalah iman yang hanya bersifat teoritis dalam pengertian percaya, tetapi tidak mempraktekkan hal yang dipercayai.” Sikap inilah yang ditentang oleh Yakobus karena iman yang seperti itu adalah iman yang sia-sia. Padahal iman yang sejati adalah iman yang nyata dalam perbuatan. Hal itu ditegaskan oleh Yakobus ketika dia berkata, “Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." Di sini Yakobus menantang orang yang hanya memiliki iman tetapi tanpa perbuatan di banding dia yang memiliki perbuatan dari imannya. Dengan kata lain, Yakobus lebih menekankan imannya itu dalam perbuatan daripada orang-orang yang memiliki iman tetapi tidak memiliki perbuatan yang menunjukkan bahwa orang-orang seperti ini adalah orang yang tidak serius dengan imannya. Keseriusan Yakobus dengan perihal iman itu digambarkannya dengan mempebandingkan sikap Iblis dengan orang percaya dengan berkata, “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Dalam hal ini Yakobus ingin membertiahukan kepada mereka yang memiliki iman tanpa perbuatan bahwa iman iblis lebih bagus daripada iman orang Kristen. Sebab Iblis percaya dan gemetar sedang orang Kristen hanya percaya tetapi tidak dilanjutkan dengan perbuatan yang nyata.
Jadi, Yakobus justru menekankan iman yang lebih kongkrit sama seperti Paulus yang menginginkan orang percaya menjalani kepercayaannya itu dalam setiap aspek hidup sehari-hari.
Keunikan
Tidak bisa dipungkiri bahwa baik Rasul Paulus maupun Yakobus memiliki kenunikan masing-masing dalam memaparkan tentang doktrin keselamatan kepada pembacanya. Hal ini terjadi karena fokus perhatian mereka berbeda dalam melihat hal yang sama. Bisa saja perhatian Paulus tertuju kepada sesuatu hal di mana hal itu tidak terlalu diperhatian oleh Yakobus dan sebaliknya. Itulah sebabnya perlu melihat keunikan masing-masing penulis PB ini.
Paulus
Paulus tidak pernah memberi ruang kepada perbuatan untuk mengadakan atau menyediakan keselamatan. Itulah sebabnya berkali-kali dia mengingatkan pembacanya agar menjauhkan diri dari pemikiran bahwa manusia bisa diselamatkan lewat perbuatan termasuk perbuatan dalam mentaati hukum Taurat. Hal itulah yang Paulus ungkapkan ketika dia menulis dalam Roma 3:20, “Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat,” Jadi, Paulus memiliki pemahaman akan pembenaran manusia di hadapan Allah bukan di dalam hukum Taurat tetapi di dalam anugerah Allah. “Inti dari doktrin Paulus tentang pembenaran adalah pembebasan total dari kesalahan oleh Allah berdasarkan anugerah melalui iman, dan tanpa perbuatan Taurat."
Inilah keunikan dari doktrin rasul Paulus yaitu “kebenaran karena iman, kebenaran yang secara cuma-cuma diberikan oleh kemurahan hati Allah, kebenaran yang diperhitungkan, kebenaran yang memperhitungan iman sebagai kebenaran, pembenaran orang-orang durhaka seperti yang tertulis dalam Roma 3:22-24; 4:4-5.
Hal unik yang lain dari doktrin keselamatan dari rasul Paulus adalah tentang iman. Iman di sini adala iman kepada Yesus Kristus yang dibedakan dari ketaatan kepada Taurat. "Di semua ayat yang mengartikan iman dengan kebenaran, pembenaran, iman berperan sebagai sarana, instrumen, cara, dasar, yang melaluinya, dengannya, atau di atasnya manusia berbagian dalam kebanaran Allah. Hal ini diungkapkan paling penuh dalam frasa “dari iman kepada iman” seperti yang tertulis di dalam Roma 1:17, “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman." Dengan demikian iman yang sejati menurut Paulus adalah iman yang berfokuskan pada Kristus dengan segala karya penebusannya di atas kayu salib dan menjadi syarat untuk mengalami segala karya Allah mengenai keselamatan. “Oleh imanlah kita menerima dan memiliki anugerah keselamatan. Keberanan Allah sampai kepada kita karena iman.”
Yakobus
Keunikan yang bisa kita temukan dalam surat Yakobus mengenai doktrin keselamatan adalah tentang iman. Yakobus memahami iman sebagi sebuah karya bukan pernyataan semata-mata. Itulah sebabnya dia berkata, “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” Di sini Yakobus ingin memperlihatkan “bahwa ada kesatuan antara tubuh dan roh dengan tepat menjelaskan adanya kesatuan antara iman dan perbuatan.” Dengan demikian Yakobus memberi perhatian kepada tindakan kasih bukan sekedar pada kasih itu sendiri. Sebab tidak ada guanya kasih kalau tidak ditindaklanjuti dengan perbuatan demikian juga tidak akan pernah bermakna iman yang hanya tersimpan dalam hati tanpa diwujudnyatakan dalam sebuah tindakan. “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?” Dengan demikian Yakobus menegaskan bahwa iman hanya akan berarti apabila iman itu teraktualisasi dalam tindakan yang nyata.
Keunikan yang lain dari doktrin keselamatan Yakobus terdapat dalam Yakobus 2:24, “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.” Di sini Yakobus menghubungkan keselamatan dengan perbuatan manusia. Perbuatan di sini bukan menjadi dasar dari keselamatan tetapi buah dari keselamatan. Itulah sebabnya dia barkata bukan hanya karena iman. Artinya bahwa iman yang menyelamatkan itu adalah iman yang nyata dalam perbuatan. Perbuatan di sini adalah buah dari iman yang menjadi dasar dari keselamatan seperti yang diungkapkan oleh Paulus. “Yakobus dalam hal ini tidak puas dengan iman, tapi menuntut iman Kristen sebagai bukti bahwa orang itu dibenarkan.” Dengan demikian Yakobus menantang orang yang mengaku diri beriman untuk memperlihatkan iman yang menyelamatkan itu dalam perbuatan-perbuatan yang nyata.
Kesimpulan
Melalui uraian di atas maka kita menarik kesimpulan bahwa doktrin keselamatan dari rasul Paulus dan Yakobus memiliki kesamaan. Namun harus diakui bahwa mereka memiliki pendekatan yang berbeda sehingga terlihat seolah-olah memiliki perbedaan. “Paulus dan Yakobus tidak saling bertentangan, tetapi mereka berdua menyajikan masalah iman dan perbuatan baik dari sudut pandang yang berbeda. Hal yang mereka tekankan berbeda, tetapi pemikiran pokok mereka tidak.” Perbedaan pendekatan ini terjadi karena mereka memiliki tujuan penulisan suratnya itu secara berbeda. Paulus menulis surat-suratnya untuk menghadapi orang-orang yang mencoba menyimpangkan ajaran tentang keselamatan dari karya Allah menjadi usaha manusia. Dengan demikian arti kematian Kristus menjadi sia-sia. Sedangkan surat Yakobus di buat dengan latar belakang orang Kristen yang menjadi alamat surat ini sedang acuh tak acuh dengan kehidupan yang mencerminkan Kristus. Itulah sebabnya dia lebih menekankan pada perbuatan yang harus dimiliki oleh orang yang sudah diselamatkan.
Adapun doktrin keselamatan yang kontras antara rasul Paulus dengan Yakobus adalah tentang pembanaran dan perbuatan. Paulus mengatakan bahwa manusia dibenarkan di hadapan Allah semata-mata adalah anugerah Allah yang diperoleh lewat iman. “Bagi Paulus pembenaran punya kepentingan khusus mengingat adanya wawasan Yahudi tentang jasa yang mengarah kepada penitikberatan perbuatan.” Sedangkan Yakobus meyakini bahwa manusia dibenarakan bukan hanya dengan iman saja tetapi iman yang diwujudnyatakan dalam perbuatan. “Paulus berbicara tentang deklarasi dari kebenaran dan Yakobus tentang demonstrasi dari kebebaran.” "Bagi Paulus iman berarti penerimaan Injil dan penyerahan pribadi kepada Dia yang diberitakan. Yakobus menggunakan konsep iman menurut penegasan rabi tentang emuna, yang berarti penegasan tentang monoteisme! Bagi Paulus iman itu bersifat pribadi, kepercayaan yang tulus, sedang bagi Yakobus iman itu adalah pendapat yang ortodoks.
Ada perbedaan yang dimiliki oleh rasul Paulus dengan Yakobus mengenai perbuatan. “Bagi Paulus perbuatan berarti perbuatan ketaatan yang formal terhadap Taurat yang menjadi dasar kemegahan terhadap hasil pekerjaan yang baik. Bagi Yakobus, perbuatan adalah perbuatan kasih Kristen – perbuatan yang menggenapi “hukum utama” tentang mengasihi sesama.” Yang satu penekakannya kepada usaha untuk menghasilkan keselamatan – tentu upaya yang sia-sia karena tidak mungkin, yang satu lagi penekanan usaha untuk mewujudkan bukti keselamatan yang sudah dimiliki.
Dengan demikian baik rasul Paulus maupun Yakobus sama-sama menekankan iman dan perbuatan walaupun dalam penekanan yang berbeda. Satu sisi Paulus menekankan iman yang menjadi sarana untuk mengalami keselamatan. Di sisi yang lain Yakobus menekankan perbuatan sebagai buah dari iman adalah bukti dari orang yang sudah diselamatkan. “Yang dibicarakan oleh Yakobus... bahwa perubatan-perbuatan yang baik menjadi bukti dari buah-buah dari iman.”
Selain itu pembenaran, iman, dan perbuatan ini menjadi keunikan dari doktrin rasul Paulus maupun Yakobus. Karena mereka masing-masing menekankan hal-hal itu dalam surat-suratnya walaupun dalam penekanan yang berbeda,. Perbedaan itu tentu memiliki maksud masing-masing sesuai dengan tujuan dari penulisan surat-surat mereka. Perbedaan ini bukan menjadi masalah tetapi menjadi sebuah harmonisasi yang diperlukan dalam mengajar jemaat untuk menjalani kehidupan kekristenan yang sesungguhnya. "Harmonisasi teologis sepeti ini mutlak diperlukan, tetapi tidak boleh mengabaikan kontribus khusus yang diberikan oleh Paulus maupun Yakobus. Ketika diperhadapakan dengan paham legalisme yang berusaha mendasari keselamatan atas dasar perbuatan dan kemampuan manusia, kontribus Paulus harus didengarkan dan diajukan, sebagaimana terjadi pada masa reformasi. Namun, ketika dihadapkan pada paham Quietisme yang bersikap acuh tak acuh terhadap tingkah laku praktis orang Kriten dan tidak menunjukkan buah-buah kehidupan yang nyata, kontribusi teologis Yakobus harus dikedepankan, sebagaiman terjadi pada masa kakak-beradik Wesley. Mensyukuri anugerah keselamaan Allah dalam Yesus Kristus harus diikuti hidup dalam orientasi dan ketaatan terhadapn firman Tuhan. Kehidupan kristiani perlu menjaga keseimbangan penekanan antara anugerah sebagai dasar keselamatan dan perbuatan baik sebagai hasil keselamatan."
Jadi, keselamatan adalah anugerah Allah yang diterima melalui iman. Namun iman yang sejati adalah iman yang teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kepustakaan
Alkitab. Lembaga alkitab Indonesia, 1974.
Barclay, Willian. Pemahaman Alkitab Setiap hari. Galatia – Efesus. Diterjemahkan oleh S.
Wismoady Wahono. Cetakan Keempat. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Gunning, J.J.W. Tafsiran Alkitab: Surat Yakobus. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Guthrie, Donald. Tafsiran alkitab Masa Kini, Jilid 3, Matius—Wahyu. Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih, 1988.
_____. Teologi Perjanjian Baru: Jilid 2. Diterjemahkan oleh Jan Aritonang. Cetakan keempatbelas.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Ladd, G.E. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 2. Bandung: Kalam Hidup, 2002.
Moris, Leon. Teologi Perjanjian Baru. Diterjemahkan oleh H. Pidyarto. Cetakan keempat. Malang:
Gandung Mas, 2006.
Ridderbos, Herman. Paul: An Outline of His Theology.Grand Rapids: Eerdmans, 1975.
Scheunemann, Rainer. Tafsiran Surat Yakobus: Iman dan Perbuatan. Yogyakarta: Penerbit Andi,
2013.
Thiessen, Henry C. Teologi Sistematika. Direvisi oleh Vernon D. Doerksen. Diterjemahkan oleh
Penerbit. Cetakan ketiga. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1995.
1 comment:
SANGAT PERLU MEMPERHATIKAN SIAPA YAKOBUS DAN SIAPA PAULUS KETIKA KITA MAU MEMBAHAS SURAT/TULISANNYA. PAULUS ADALAH AHLI TAURAT YANG DIPANGGIL DAN DIUBAH OLEH YESUS MENJADI RASUL PEMBERITA INJIL KASIH KARUNIA DAN MENINGGALKAN TAURAT (karena taurat sudah digenapi); SEDANGKAN YAKOBUS ADALAH SAUDARA TUHAN YESUS YANG BANGKIT MEMELIHARA DAN MELESTARIKAN HUKUM TAURAT DAN ADAT ISTIADAT YAHUDI. YAKOBUS PERCAYA YESUS SETELAH YESUS BANGKIT TAPI DIA TIDAK MENGERTI MAKSUD KARYA KRISTUS.
Post a Comment