Allah mengasihi Anda, dan DIA juga ingin agar Anda mengasihi DIA

Tuesday 23 June 2020

BERDAMAI DENGAN ORANG LAIN


Enggan Berdamai

Bacaan Alkitab: Filemon 1:8-12

Tidak bisa dipungkiri bahwa sering terjadi masalah di antara kita dan saudara-saudara yang lain. Hal itu terjadi karena kita memiliki berbagai karakter yang berbeda-beda. Tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa, tetapi menjadi tidak biasa apabila kita mendiamkan masalah itu dan bahkan membuat kita terpecah satu dengan yang lain.

Sebagai orang percaya, kita ada jalan keluar untuk bisa menyelesaikan masalah yang ada. Hal itu kita bisa lihat dalam perikop di atas. Onesimus memiliki masalah dengan tuannya Filemon sehingga dia melarikan diri dari tuannya itu. Dalam perjalanan hidupnya kemudian, dia bertemu dengan Paulus dan bertobat di bawah bimbingan Paulus. Dengan bertobatnya Onesimus, dia memiliki pandangan yang baru tentang sebuah perselisihan, yaitu harus menyelesaikannya. Atas nasehat dari Paulus Onesimus dianjurkan untuk menyelesaikan masalanya dengan kembali kepada tuannya. Dalam Filemon 1:12 berkata, “Dia kusuruh kembali kepadamu -- dia, yaitu buah hatiku --.” Hal ini membuat Onesimus merasa takut karena menurut hukum Romawi pada saat itu, seorang hamba yang melarikan diri dari tuannya dapat dihukum mati, sehingga Paulus melayangkan suratnya ini untuk Filemon agar niat baik Onesimus berdamai dengannya ditanggapi juga dengan baik sebagai sesama orang percaya.

Bagaimanakah tanggapan yang benar agar masalah diantara sesama saudara bisa diselesaikan dengan damai?

Menerima dengan Sukarela

Dalam Filemon 1:14 berkata, “... tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela”. Sekalipun Paulus sebagai Rasul memiliki otoritas untuk memerintahkan Filemon untuk berdamai dengan Onesimus seperti yang diungkapkannya dalam Filemon 1:8 yang berkata, ”Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan,” tetapi dia ingin agar Filemon melakukannya dengan sukarela.

Kalau ingin sungguh-sungguh berdamai dengan orang lain, kita harus secara sukarela menerima orang itu apa adanya. Kita harus mengiklaskan apapun kerugian yang kita hadapi karena bagaimanapun dia adalah saudara kita. Seringkali penyelesaikan masalah di antara orang percaya menjadi semu karena tidak didasari oleh kerelaan tetapi karena terpaksa sehingga acapkali yang terjadi adalah hubungan yang kering dan tanpa makna. Tetapi kalau kita sungguh menerima saudara kita dengan sukarela dan apa adanya maka hubungan kita sungguh-sungguh akan dipulihkan.

Menerima Tanpa Menuntut

Dalam Filemon 1:18 berkata, “Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku —” Paulus mengingatkan Filemon agar dia tidak menuntut apa-apa dari Onesimus. Kalaupun ia telah dirugikan oleh Onesimus, Paulus ingin agar kerugian itu ditanggungkan kepadanya. Paulus ingin agar Filemon tidak mendasari pemulihan itu dengan syarat-syarat tertentu.

Memang pemulihan hubungan hanya bisa terjadi dengan sungguh-sungguh apabila kita menerima kembali orang yang bermasalah dengan kita tanpa syarat atau tidak menuntut sesuatu apapun. Sering kali seseorang berkata, “Baik, saya akan mengampuni kamu, tetapi ...”. Atau, “Aku akan berbaikan dengan kamu, jika ...”. Inilah yang membuat pemulihan yang terjadi itu tidak bertahan lama, karena tidak ada jaminan bahwa orang yang bermasalah dengan kita tidak akan mengulangi perbuatannya. Hanya kasih yang tanpa syaratlah yang membuat pemulihan itu akan terjadi dengan sungguh-sungguh.

Menerima karena Taat pada Firman Allah

Dalam Filemon 1:21 berkata, “Dengan percaya kepada ketaatanmu, kutuliskan ini kepadamu. Aku tahu, lebih dari pada permintaanku ini akan kaulakukan” Paulus merindukan agar semua yang dianjurkannya kepada Filemon dilakukan dengan ketaatan. Mungkin Filemon memiliki alasan untuk tidak menerima Onesimus lagi tetapi Paulus ingin dia lebih mentaati firman Allah lebih dari kerugian yang sudah ia alami.

Dibutuhkan ketaatan kepada firman Tuhan bila ingin kita mau berdamai dengan orang lain. Mungkin kita telah dirugikan oleh orang yang bermasalah dengan kita, tetapi ketaatan kepada Allah jauh lebih penting dari kerugian yang kita alami. Hanya dengan taat pada firman Allah kita bisa menerima saudara kita apa adanya. Dan disitulah akan terjadi pemulihan itu. Bukankah kita telah banyak merugikan Allah dalam hidup ini? Tetapi Allah telah menerima kita apa adanya tanpa memperhitungkan kesalahan kita. Alkitab berkata, "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka." (2 Kor. 5:19) Allah ingin kita melakukan hal yang sama sebagai bukti ketaatan kita kepada Allah.

Oleh karena itu kalau ingin berdamai dengan orang lain terima orang lain dengan sukarela tanpa menuntut apa-apa dan didasari karena ketaatan kepada firman Allah.


No comments: