Allah mengasihi Anda, dan DIA juga ingin agar Anda mengasihi DIA

Sunday 13 October 2019

KEKUATAN KASIH BERLIMPAH


Image result for kasih
Pendahuluan
Dari sejak semula sebelum dunia dijadikan, Tuhan sudah merencanakan supaya pada akhirnya kita hidup dalam kasih dan mengekspresikan kekuatan kasih untuk sesama manusia. Namun memang harus diakui ada banyak orang Kristen gagal hidup dalam rencana Allah ini. Padahal kita semua paham betul bahwa berita utama kekristenan adalah kasih itu sendiri.


Kasih menjadi dingin

Alkitab berkata, “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” (Matius 24:12-13) Kalau kita melihat ayat 12 yang berkata, “kasih kebanyakan orang”. Frasa itu ingin memberitahukan kepada kita bahwa kebanyakan di antara kita kasihnya akan dingin. Padahal berita utama kekristenan adalah kasih. Kalau sampai kasih kebanyakan di antara kita menjadi dingin berarti ada yang salah. Karena seharusnya yang terjadi adalah kasih kebanyakan orang akan panas, tetapi Alkitab berkata, kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.

Kata dingin (Yun. Psucho) artinya adalah; melemah, mengecil, lalu undur dari kita. Dengan kata lain Alkitab mengingatkan kita bahwa kasih itu seharusnya kuat, besar, dan menetap di dalam kita. Tetapi Alkitab mengingatkan bahwa nanti, yang terjadi adalah kasih melemah, mengecil, lalu undur dari dalam hidup kita. Apakah pemicunya? Berdasarkan ayat di atas adalah “kedurhakaan”.

Kedurhakaan
Orang durhaka, bukan sekedar orang-orang yang tidak mengenal Allah, sebab orang durhaka itu bisa juga ada di antara orang Kristen dan bahkan mungkin itu juga kita. Arti kata kedurhakaan (Yun. Anomia), artinya pelanggaran terhadap kebenaran dengan sadar dan sengaja. Orang disebut durhaka adalah orang yang tahu kebenaran tetapi kebenaran itu dilanggar dengan sadar dan sengaja. Contoh: Alkitab berkata “Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan…” (Rm. 12:17). Jadi kita tahu kebenaran itu, tetapi yang kita lakukan adalah membalas kejahatan dengan kejahatan. Itu adalah ukuran kedurhakaan. Kalau kita terus menerus melakukan itu, maka yang akan terjadi di dalam kehidupan kita adalah lama kelamaan secara natural kasih di dalam diri kita itu akan melemah. Sebab kalau kasih menguat seharusnya bisa membalas kejahatan dengan kebaikan. Tetapi kalau kita terbiasa menyetujui bahwa kejahatan harus dibalas dengan kejahatan dan kita lakukan hal itu terus menerus, maka kita akan mendapati bahwa kasih akan melemah, mengecil dan undur di dalam hidup kita. Itulah sebabnya orang Kristen memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi durhaka, karena mereka sudah tahu kebenaran tetapi melanggar kebenaran dengan sadar dan sengaja.

Kata kedurhakaan juga memiliki arti mengabaikan kebenaran. Roh Kudus sudah memberitahu kepada kita tetapi kita mengabaikan apa yang diajarkan Roh Kudus kepada kita. Hal itu terjadi karena bagi orang tersebut sesuatu yang diajarkan itu tidak penting. Kebenaran itu buat mereka adalah sesuatu yang dianggap sambil lalu melintas di dalam kehidupannya. Jadi orang menjadi durhaka karena mengabaikan kebenaran. Dan semua orang yang menganggap kebenaran itu tidak penting, maka yang terjadi adalah akan melanggar kebenaran. Kalau kita dengan sengaja melanggar kebenaran karena menganggap kebenaran itu tidak penting maka itulah yang disebut durhaka. Jadi, apakah kebenaran firman Allah itu adalah hal inti dalam hidup kita atau tidak? Apakah kita memuja dan menghormatinya? Kalau itu yang terjadi, maka kita tidak akan mungkin mengabaikannya. Setiap kali kita tergoda untuk melakukan pelanggaran dan waktu firman Tuhan kembali mengingatkan kita melalui Roh Kudus yang ada di dalam kita, maka kita akan memutuskan untuk tidak mengabaikan firman Tuhan dalam hidup kita. Kita tidak akan mungkin melanggar dengan sadar dan sengaja. Kalau hal ini terus menerus kita lakukan, maka durhaka akan menyingkir dari kehidupan kita. Kalau kedurhakaan menyingkir dari hidup kita, maka kasih di dalam hidup kita akan besar, kuat dan menetap.

Hubungan apapun yang di dalamnya kita terlibat tidak akan hambar karena kasih kuat, sebab kasih itu mengikat. Kasihlah yang bisa membuat orang bisa bertahan dalam sebuah hubungan. Sebab tanpa kasih tidak ada ikatan. Dan kalau tidak ada ikatan, maka terancamlah hubungan. Kalau kita hidup di dalam kasih, maka kemanapun kita pergi dan di manapun kita berada dan dengan siapa saja kita membangun hubungan, maka hudubungan itu tidak akan mungkin rusak. Dewasa ini kita menghadapi realita bahwa banyak hubungan rusak. Hubungan suami dan istri, orang tua dengan anak, teman dengan teman yang lain, saudara dengan saudara yang lain rusak. Kalau sampai hubungan menjadi rusak maka kita harus kembali kepada dasarnya jangan-jangan durhaka mendapat tempat dengan sangat leluasa bermain dalam hidup kita sehingga kasih di dalam diri kita sudah menjadi dingin.

Apakah kebenaran buat kita adalah sesuatu yang inti atau kita biarkan berlalu lalang begitu saja dan kita abaikan di dalam hidup kita? Apakah kita tahu kebenaran tetapi kebenaran itu tiap hari kita langgar dengan sadar dan sengaja? Kalau hal itu yang terjadi maka kita harus bertobat. Sebab ancamannya mengerikan yaitu; kosong di dalam dan hubungan rusak. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa hubungan. Tuhan hadir di dalam hidup kita dan menempatkan kekuatan kasih di dalam diri kita supaya pada akhirnya kita menjadi orang-orang yang sangat mahir membangun hubungan seorang dengan yang lain.

Utuh di dalam

Ayat ke 13 berkata, “Siapa bertahan sampai kesudahannya akan selamat.” Maksudnya adalah siapa yang bertahan dalam mengasihi, mereka akan selamat. Kata selamat (Yun. Sozo) artinya utuh di dalam hidup. Jadi tanpa kasih orang tidak akan memiliki hidup yang utuh. Ada dua penyakit yang parah sampai hari ini, tambah lama tambah banyak dan sukar sekali untuk diobati. Pertama, kesepian, yaitu ada diantara orang banyak tetapi merasa sendiri. Kedua, kosong, yaitu walaupun seseorang mempunyai segala hal di dunia ini tetapi kosong di dalam. Itulah sebabnya Alkitab mengingatkan bahwa siapapun yang tidak bertahan di dalam kasih, di mana kasih mulai dingin di dalam hidupnya, mereka akan mengalami realita kosong di dalam. Tetapi siapa yang bertahan di dalam gaya hidup yang mengasihi makan mereka utuh di dalam. Kalau kita utuh di dalam, maka kita tidak akan mungkin kesepian. Maka pertaruhannya adalah hidup di dalam kasih atau tidak. Tetapi kalau tidak hidup di dalam kasih, maka kita sudah tahu dampaknya, pertama kasih akan melemah, mengecil lalu undur dari kita. Kedua, kita akan kosong di dalam. Memutuskan untuk tinggal di dalam kasih adalah memutuskan untuk meninggalkan kedurhakaan. Sebab kalau durhaka menyingkir dari dalam hidup kita maka kasih itu akan tetap besar, kuat, menetap. Dan kita akan menjadi orang-orang yang utuh di dalam.

Memiliki Kasih

Kasih (Yun, Agape atau Agapao), artinya adalah pertama, mengundang orang masuk atau datang mendekat. Kekuatan kasih adalah inklusif. Kalau kasih menguasai kita, maka kita akan sangat inkulusif atau merangkul dan menerima orang lain tanpa syarat. Bisa duduk dan berdiri dengan siapa saja. Bisa makan dengan siapa saja dan bisa berinteraksi dengan siapa saja. Hal ini telah dilakukan oleh Tuhan Yesus. Dia adalah sumber kasih. Yesus adalah pribadi yang sangat inklusif. Dia undang orang datang untuk mendekat. Yesus tidak pernah menolak orang lain. Dia adalah sahabat orang berdosa, pemungut cukai, dan pelacur. Dia tidak pernah menolak anak-anak. Memang Tuhan membenci dosa, tetapi Tuhan tidak pernah membenci orang berdosa. Itulah sebabnya Dia terima siapa saja yang mau datang kepada Dia. Kalau durhaka menguasi hidup kita, maka kita akan menjadi orang yang eksklusif. Ada orang-orang tertentu yang kita terima tetapi ada orang-orang tertentu yang akan kita tolak. Kita akan baik kepada orang yang baik kepada kita, tetapi kita akan tutup pintu kepada orang-orang yang berlaku jahat kepada kita. Tetapi Tuhan Yesus tetap baik kepada orang semua orang, “yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Mat. 5:45) Apakah kita menjadi orang yang inklusif atau eksklusif. Orang-orang yang bisa menerima siapa saja dan bergaul dengan siapa saja atau orang-orang yang membuat pemisah dengan orang lain. Apakah kita mencoba untuk bermain kelas atau level, atau bermain di strata tertentu dan di area suka dan tidak suka.

Pengertian yang kedua dari kasih adalah menjamu orang. Prinsip dasar dari menjamu ada dua. yaitu, memberi yang terbaik dan berani direpotkan. Masalah orang Kristen adalah kita mengaku Yesus sebagai Tuhan dan menyakini bahwa berita utama kekristenan adalah kasih tetapi kita tidak berani memberikan yang terbaik dan tidak suka direpotkan orang lain. Kita mengaku mengasihi orang lain tetapi kita mengeluh ketika orang lain merepotkan kita. Atau kita mengeluh karena harus lelah buat orang lain.

Pernahkah kita berpikir bahwa Yesus pun lelah dan berani repot untuk kita. Ketika Yesus datang dari sorga ke bumi itu adalah sesuatu yang merepotkan. Dan Dia yang tanpa batas menjadi terbatas supaya bisa hadir di bumi ini dan tinggal di antara kita serta mewariskan keteladanan kepada kita dan itu sangat merepotkan dan melelahkan. Semua itu Tuhan Yesus lakukan untuk merefleksikan kekuatan kasih dalam diri-Nya untuk kita. Itulah sebabnya di dalam Yohanes 3:16 berkata, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, …” Ayat di atas berkata bahwa Allah memberi anak-Nya yang tunggal. Berarti satu-satunya yang Allah punya, harta terbaik yang Dia punya. Alasannya adalah karena kasih di dalam Dia besar. Berarti kalau kita tidak berani memberi yang terbaik untuk orang lain dan kalau kita tidak berani repot untuk orang lain hal itu menunjukkan bahwa kasih di dalam kita sudah kecil, melemah lalu undur, dengan kata lain “dingin”. Kalau itu yang terjadi berarti durhaka telah menguasai hidup kita.

Pengertian yang ketiga dari kasih adalah “amal”. Kita pasti pernah beramal. Ketika kita beramal tidak pernah kita menuntut untuk dibalas bukan. Masalah orang Kristen hari ini adalah berusaha menunjukkan kasih dan berharap untuk dikasihi. Ketika kita berbuat baik kepada orang lain dan orang itu berbuat jahat kepada kita maka reaksi kita adalah marah, tersinggung dan pahit. Padahal seharusnya kita sudah siap dari awal bahwa waktu saya mengasihi orang lain saya lagi beramal untuk mereka. Kalaupun orang lain tidak membalas kasih kita seharusnya tidak menjadi masalah. Dan kita tidak akan terganggu kalau suatu saat ketika kita mengasihi orang lain tetapi kita tidak mendapatkan tanggapan seperti yang kita harapkan. Kita harus siap dangan realita untuk menerima “cinta bertepuk sebelah tangan”. Sejak semula Tuhan Yesus sudah menyiapkan diri untuk menerima realita itu. Karena mengasihi manusia Tuhan Yesus sampai rela menyerahkan nyawa-Nya dan mati buat menusia tetapi manusia tetap tidak mencintai Dia. Dan Yesus tidak terganggu dan marah karena itu. Melihat kenyataan ini mengapa kita harus marah kalau orang yang kita kasihi tidak membalas kasih kita. Karena kasih adalah amal maka seharusnya kita tidak tergangu kalaupun orang lain tidak membalas kasih kita. Karena orang yang beramal adalah orang yang memiliki sesuatu yang lebih untuk dibagikan kepada orang lain. Dan waktu orang lain yang kondisinya kurang, tidak mampu membalas pemberian kita seharusnya kita tidak terganggu. Prinsip beramal adalah tidak akan menuntut balas. Waktu kita berhenti mengasihi dalam arti berhenti untuk mengamalkan kasih, maka sesungguhnya durhaka sedang menguasai hidup kita. Kita tuntut orang lain untuk membalas kasih kita dan ketika mereka tidak melakukannya maka kita akan memutuskan hubungan dengan mereka. Dan itu adalah pelanggaran terhadap kebenaran dan itu adalah durhaka.

Mengejar pengetahuan dan pengertian yang benar

Untuk mengatasi ini maka kita melihat Filipi 1: 9-11, “Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.” Bill Gates dan Warren Buffed adalah orang-orang yang masuk dalam daftar orang terkaya sedunia. Tetapi predikat itu tidak mendatangkan kepuasan dalam hidup mereka. Sampai mereka mengejar satu titik lagi yang disebut dengan filantropis, yaitu orang-orang yang setelah mereka memiliki banyak harta kemudian berbagi. Warren Buffett pernah melepaskan 50% kekayaannya dan ditaruh dalam Yayasan yang dikelola oleh Bill dan Melinda Gates. Pada suatu titik, ketika seseorang tahu bahwa mereka sudah tidak kurang lagi maka tahapan berikutnya yang mereka lakukan adalah berbagi. Inilah yang Alkitab ajarkan untuk kita. Kalau kita miskin di dalam, maka kita akan sangat sukar untuk berbagi. Tetapi kalau kita kaya di dalam maka kita akan menjadi sangat mudah untuk berbagi. Sebab berbagi sudah menjadi gaya hidup dan kita menjadi puas di dalam hidup. Warren Buffett menjadi merasa berarti hidupnya bukan ketika pada posisi orang terkaya di dunia tetapi saat dia berbagi. Jadi kalau kasih menjadi dingin di dalam hidup kita maka kita akan kosong. Kalau kita kosong maka kita miskin di dalam. Dan kalau kita miskin di dalam maka wajar kalau kita menjadi miskin berbagi kasih kepada orang lain. Namun ada peluang bagi kita untuk tetap kaya di dalam kasih agar kita menjadi filantropis kasih. Orang-orang yang berlimpah kasih akan merasa puas dalam hidup ketika berbagi kasih kepada orang lain.

Paulus berkata “kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan benar dan dalam segala macam pengertian” Kata melimpah (Yun. Perisseuo) artinya pertama, bertambah dalam kuantitas dan kualitas. Kalau dulu kasih kita mengecil karena kedurhakaan, tetapi ketika kita memiliki pengetahuan dan pengertian yang benar maka kasih melimpah. Berarti kita harus mengejar pengetahuan dan pengertian yang benar.

Arti kedua dari “melimpah” adalah melebihi takaran ketika direntangkan. Kalau kita memiliki pengetahuan dan pengertian yang benar maka kita akan memiliki takaran kasih yang semakin direntangkan akan melebihi takaran. Kasih yang seperti ini akan kita miliki apabila kita meninggalkan kedurhakaan dan mengerjar pengetahuan dan pengertian yang benar.

Pengetahuan

Pengetahuan (Yun. Epignosis) artinya mengetahui kebenaran firman Allah secara akurat melalui perenungan lalu melakukan dalam hidup setiap hari. Ayub pernah berkata, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."” (Ayb. 42:5-6) Pengetahuan artinya kita tidak mengenal Tuhan dari kata orang tetapi karena kita renungkan kebenaran firman Allah dan bertemu dengan kebenaran yang akurat tentang Tuhan. Kebenaran yang akurat itulah yang kemudian akan menggiring kita kepada kelakuan-kelakuan benar. Salah satu kelakuan benar itu adalah mengasihi: menerima dan menjamu serta beramal untuk orang lain. Akitab tidak pernah berkata agar kita membaca tetapi merenungkan firman Allah siang dan malam (lih. Yos. 1:8). Kita harus berpindah level dari sekedar membaca ke merenungkan firman Allah. Sebab membaca firman saja tidak akan menggiring kita kepada pemahaman yang akurat tentang kebenaran. Tetapi ketika sudah sampai kepada merenungkan kebenaran akan bertemu dengan kebenaran itu secara akurat. Semua orang yang bertemu dengan kebenaran mengenai Tuhan secara akurat mengubah kebenaran itu menjadi keyakinan dalam hidup. Dan keyakinan itulah yang membuat kita berhasil hidup dalam kebenaran setiap hari melalui kelakuan kita. Supaya kasih melimpah di dalam kita, maka kita harus merenungkan kebenaran sampai kebenaran yang kita temukan itu akurat. Keakuratan dari kebenaran itu tidak akan bisa menggoncangkan kita dalam semua sisi. Waktu kita paham bentul bahwa Tuhan itu baik dan kebaikan-Nya sudah teruji dari angkatan ke angkatan. Walaupun realita di depan kita melaporkan bahwa seolah-olah Tuhan itu tidak baik, maka kita tidak akan bisa diganggu gugat lagi karena kebenaran yang akurat itu melekat dan telah berubah menjadi keyakinan dalam diri kita sehingga kita akan tetap meyakininya dan tidak akan bisa digoncang. Dengan demikian tindakan yang kemudian kita lakukan setiap hari adalah mengekspresikan terimakasih kita kepada Tuhan karena yang kita telah menemukan bahwa memang Allah itu baik. Banyak orang Kristen tahu firman tetapi tidak memahaminya secara akurat sehingga pada akhirnya kebenaran itu tidak berubah menjadi keyakinan. Kalau kebenaran tidak berubah menjadi keyakinan maka gambang sekali diombang ambingkan. Siapa berbuat baik kepada kita, maka kita gampang berbuat baik kepada mereka. Tetapi siapa berbuat jahat kepada kita maka kita sering ada dipersimpangan jalan antara membalas dia dengan berbuat baik atau berbuat jahat. Berbeda dengan orang yang telah memiliki keakuratan pemahaman mengenai kebenaran maka tetap akan berbuat baik sekalipun orang lain berbuat jahat kepadanya dan itu sudah harga mati. Karena kebanaran tetap kebenaran yaitu membalas kejahatan dengan kebaikan. Orang-orang yang memiliki pengetahuan yang akurat akan kebenaran maka secara natural akan gampang mengasihi orang lain.

Pengertian

Kata pengertian (Yun. Aisthesis) artinya adalah menggunakan intelektul dan indera kita untuk mengamati apa yang sedang Tuhan ajar dalam proses hidup. Tuhan memberikan kita intelektual untuk kita berpikir atau bernalar. Semua orang pasti melewati proses hidup, dan waktu orang melewati proses itu maka kita harus memakai intelektual kita untuk mengamati apa yang sedang Tuhan kerjakan dalam proses itu. Lalu kita mulai bertemu dengan kebenaran di dalamnya. Banyak orang bertambah banyak usianya tetapi pengetian berkurang. Orang semakin tua tetapi tidak teruji dalam kedewasaan karena tidak terbiasa mengamati proses hidup. Waktu kita mengalami proses apa saja di dalam hidup ini berhentilah bertanya “mengapa Tuhan”. Karena kita akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pengertian. Waktu kita berjalan di lembah kelelaman, mari bertanya dengan pertanyaan, “Tuhan mau ajar saya apa dan saya harus belajar apa? Dibalik dua pertanyaan itu kita akan bertambah pengertian. Semakin kita mengerti sebuah nilai kebenaran dalam proses hidup maka kita akan semakin sangat mudah untuk hidup di dalam kasih dan kasih itu akan berlimpah dan ditambah-tambahkan dalam hidup kita karena kita semakin paham kebenaran yang kita yakini dan semakin paham tentang pengetian-pengertian yang Tuhan bukakan untuk kita. Waktu akan memproses kita untuk menemukan kebenaran dalam hidup. Semua orang yang pernah ditolak tahu bagaimana harus menerima orang lain. Semua orang yang pernah direndahkan akan tahu bagaimana harus mengangkat orang lain. Itu dihasilkan dari belajar dan mengamati proses hidup yang memberikan pengertian. Semua orang yang tidak dikasihi pasti akan tahu bagaimana harus mengasihi orang lain karena belajar mengamati proses hidup.

Kesimpulan

Oleh karena itu, marilah kita mengejar pengetahuan dan pengertian supaya kasih berlimpah di dalam hidup kita. Tinggalkan kedurhakaan supaya kita utuh, kaya di dalam dan kita mampu mengasihi siapa saja dalam hidup ini dengan kekuatan kasih yang berlimpah.

No comments: