Allah mengasihi Anda, dan DIA juga ingin agar Anda mengasihi DIA

Wednesday 5 May 2010

T A M A K

Bacaan Alkitab: Lukas 12 : 13 – 21

Seseorang datang kepada Yesus dan meminta-Nya berbicara kepada saudaranya untuk membagi harta warisan mereka (ayat 13). Namun permintaan yang ‘kelihatannya’ wajar ini mendapat jawaban yang agak diluar dugaan, “ … berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan…” demikian jawab Yesus (ayat 15). Mengapa Ia menjawab seperti ini? Rupanya Yesus melihat ada sesuatu di balik permintaan yang sepintas lalu nampak biasa-biasa saja itu. Ketamakan! Itulah yang rupanya terdapat di dalam diri orang ini. Betapa ia menginginkan harta itu dan berniat memaksakan kehendaknya sendiri untuk meraih haknya, sampai-sampai ia memerlukan bantuan dan keterlibatan orang ketiga - dalam hal ini Yesus – untuk merealisir keinginannya itu. Bukan maksud Yesus untuk mencegah seseorang membagi warisan atau mendapatkan haknya, namun jika uang atau harta benda berubah menjadi sesuatu yang lebih penting daripada persahabatan ataupun kekeluargaan misalnya, berhati-hatilah karena hal itu merupakan tanda dari adanya ketamakan.


Dan terhadap hal inilah Yesus memperingatkan para pendengarnya untuk berjaga dan waspada. Mengapa Ia harus memberikan peringatan yang demikian keras terhadap ketamakan? Tidak lain karena ketamakan merupakan suatu kesalahan yang berakibat sangat fatal yang akan memimpin kepada kerugian kekal. Ketamakan secara harfiah berarti kehausan untuk memiliki lebih banyak. Orang yang tamak menginginkan sesuatu tidak untuk sekedar mencukupi kebutuhan pribadi atau keluarga, karena tidak pernah ada kata cukup baginya. Ia rela melakukan apa saja bahkan dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu, walaupun seringkali ia tak tahu untuk apa segala sesuatu yang dikumpulkannya itu. Mengapa seseorang dapat menjadi begitu tamak? Karena harta kekayaan telah menguasai dirinya dan baginya, uang adalah segala-galanya. Lihatlah kasus-kasus korupsi yang terjadi di negeri kita. Sekalipun mereka yang terlibat korupsi itu sudah memiliki gaji yang besar dan tentu sudah memiliki uang yang banyak masih tetap juga korupsi. Mereka tidak mempedulikan nama baik mereka lagi seperti jabatan mereka yang terhormat karena uang telah membutakan mata mereka.


Berhati-hatilah terhadap ketamakan, karena hidup yang diarahkan dengan mengejar kekayaan semata akan sama dengan penyembahan berhala. Berhati-hatilah, karena ketamakan bukan hanya merasuki mereka yang berada di meja judi atau di dalam kerasnya persaingan bisnis, namun juga telah merasuki mereka yang ada di dalam gereja! Berhati-hatilah, jangan sampai keuntungan dan kekayaan duniawi menjadi satu-satunya hasrat kehidupan!


Ada beberapa ciri dari seseorang yang tamak:


Menggantungkan segala sesuatu kepada materi


Tidak salah jika seseorang memiliki kekayaan atau materi yang melimpah, namun jika hal-hal semacam itu berubah menjadi orientasi hidup, waspadalah karena kepemilikan harta benda tersebut dapat menimbulkan perhambaan. Dalam hal ini kekayaan tidak lagi menjadi berkat melainkan telah berubah menjadi rintangan terhadap keselamatan. Keserakahan mampu memicu seseorang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan materi, bahkan ironisnya gereja pun terkadang tidak sungkan-sungkan berseteru memperebutkan aset. Yesus memberi peringatan ini karena kekayaan seringkali memberi rasa keamanan semu, sehingga seseorang hidup seolah-olah mereka tidak memerlukan Allah. Karena itu berhati-hatilah, karena sebanyak apapun materi yang dimiliki oleh seseorang, ia tidak akan pernah dapat menggantungkan hidupnya disitu. ”Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu" (ayat 15).


Fokus pada diri sendiri


Ciri kedua seorang tamak adalah ‘ego sentris’. Ia memusatkan segala sesuatu pada dirinya sendiri. Segala daya upaya dilakukannya bagi dirinya sendiri dan demi kesenangan serta kepuasan hidupnya. Alkitab berkata, ”Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku” (ayat 18). Bahkan ia menganggap bahwa barang material yang berhasil dihimpunnya itu mampu menjamin kesenangan hidupnya. ”Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!” (ayat 19). Mengejar kekayaan secara egois merupakan indikasi bahwa seseorang tidak lagi memandang hidupnya dari segi kekekalan. Tujuan dan kepuasannya tidak lagi berpusat kepada Allah melainkan kepada harta milik dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, ketamakan dan nafsu memburu kekayaan memiliki potensi untuk menjauhkan seseorang dari Allah. Berhati-hatilah karena banyak orang yang semakin kaya menjadi semakin tidak peduli dengan sekitarnya. Orang yang demikian mencari dan menimbun harta bagi dirinya sendiri dan pada akhirnya harta itu pun akan menjadi busuk bagi dirinya pula.


Yesus mengingatkan kita bahwa sementara kita bekerja untuk mencukupi kebutuhan kita, kita pun harus menjadi kaya di hadapan Allah. ”Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah" (ayat 21). Itulah kekayaan yang sejati. Seorang percaya tidak boleh berpegang erat kepada harta benda mereka sebagai kekayaan atau jaminan pribadi melainkan ia harus menyerahkan kekayaan dan sumber penghasilannya ke dalam tangan Tuhan untuk dipergunakan bagi kerajaan-Nya. Seorang percaya harus selalu mengingat bahwa kekayaan yang diperolehnya bukanlah untuk dirinya sendiri. Itu adalah titipan Tuhan yang penggunaannya harus disikapi secara bijaksana sehingga apapun yang ia miliki benar-benar menjadi berkat bagi sesama dan bagi kemuliaan Nama-Nya. Seorang yang kaya harus memandang dirinya sebagai seorang pengurus harta milik Allah yang bersikap dermawan dan kaya dalam kebajikan. Dengan demikian ia akan menjadi orang yang sungguh berbahagia karena bukan saja kaya di hadapan manusia namun juga kaya di hadapan Allah!

Kembali ke halaman utama

No comments: