Allah mengasihi Anda, dan DIA juga ingin agar Anda mengasihi DIA

Sunday 7 June 2009

PERSEMBAHAN YANG TERBAIK


Bacaan Alkitab: Markus 12: 41-44
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."” (ayat 43-44) Ayat ini menyatakan bahwa Yesus concern (menganggap penting) terhadap persembahan atau pemberian kepada Allah. Seluruh kehidupan manusia sebenarnya dimaksudkan untuk persembahan kepada Allah, untuk menyenangkan hati Allah, untuk membuat-Nya tersenyum, tetapi kita kadang tidak menyadari akan hal ini. Ada orang yang membiarkan hidupnya bergulir begitu saja mengikuti jalannya waktu, tetapi ada pula yang menjalani kehidupannya dengan antusias karena ada suatu tujuan yang akan dicapainya. Bagi orang percaya, hidup adalah suatu persembahan kepada Allah dan persembahan yang berkenan kepada Allah adalah persembahan yang dikhususkan, persembahan yang didasari oleh sikap hati mengasihi. Orang yang benar-benar mengasihi tidak mungkin tidak memberi, Kalau kita benar-benar mengasihi Allah, segala tindakan kita dan perlakuan kita terhadap apapun yang sudah Allah berikan pasti akan kita tujukan untuk menyenangkan hati-Nya sebagai persembahan kita kepada-Nya. Persembahan kepada Allah bisa kita salurkan melalui gereja atau kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Bisa berupa materi atau uang, perhatian, kepeduliaan, kesediaan untuk menolong sesama kita. Dan seluruh kehidupan kita adalah persembahan yang kita lakukan untuk Allah.
Kalau kita terpesona kepada orang lain, kita akan mengasihi dia dan pasti kita akan digerakkan untuk memberi. Untuk orang yang paling kita kasihi, pemberian itu pasti bukan pemberian yang ala kadarnya atau asal memberi tetapi pasti hanya yang terbaik yang akan kita berikan. Demikian juga kalau kita sungguh terpesona dan mengasihi Allah yang sudah memberikan kita hidup, maka kitapun akan memberikan yang paling baik kepada-Nya. Pemberian yang berkenan dan yang terbaik di hadapan Allah bukanlah pemberian yang secara kwantitas saja (apakah itu berupa materi/uang atau dalam wujud lain) tetapi juga harus secara kwalitas yaitu dengan ketulusan dan kasih. Persembahan yang terbaik yang bagaimanakah yang seharusnya kita persembahkan kepada Allah?


Persembahan yang didasari oleh hidup yang tersedia

“Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit” (ayat 42). Janda adalah orang yang secara ekonomi, nafkah hidupnya sudah berkurang karena kematian suaminya sebagai pencari nafkah. Dalam nats itu disebutkan “janda miskin”. Artainya, sudah janda berbuntut dengan predikat miskin lagi. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya keadaan ekonominya. Tetapi dari ayat ini Yesus menunjukkan kepada murid-murid-Nya pada saat itu (dan kepada umat percaya pada zaman sekarang) bahwa pada dasarnya kita bisa memberi kepada Allah apapun keadaan kita dan tidak harus menunggu sampai kita kaya baru memberi kepada Allah. Tetapi di saat kita terbatas-pun kita bisa memberi. Namun bisa tidaknya kita memberi dalam keterbatasan kita akan sangat ditentukan dari sikap hati kita. Apakah kita memiliki hidup yang tersedia untuk memberi atau tidak. Kalau janda dalam nats tersebut punya prinsip bahwa memberi baru dilakukan kalau sudah memiliki sesuatu yang lebih atau kalau sudah kaya, maka ia tidak akan memasukkan uangnya yang hanya dua peser itu. Tetapi mengapa janda itu melakukannya? Jawabannya adalah karena dia memiliki hidup yang tersedia untuk memberi. Itulah sebabnya ia sengaja datang ke bait Allah untuk memberi dan tidak hanya tinggal di rumah meratapi nasib. Orang yang memiliki sikap hati untuk memberi, akan memberi tanpa mengikutkan prasangkanya (mau diapakan pemberiannya atau memberi dengan maksud-maksud tertentu seperti untuk mendapatkan sesuatu yang lebih banyak dari apa yang diberi) tetapi memberi dengan dasar karena ingin memberi.

         Memberikan sesuatu kepada orang lain juga tidak harus menunggu memiliki sesuatu yang berlebih karena kalau itu yang memotivasi kita untuk memberi, kita tak akan pernah memberi dan kita akan terus hanya berpikir untuk kepentingan kita sendiri sehingga empati untuk orang lain akan berhenti dan kepekaan terhadap keadaan orang yang perlu ditolong akan tumpul. Jadi, mari kita belajar memberi dengan apa yang ada pada kita saat ini, jangan mencari-cari alasan bahwa kita belum memiliki sesuatu yang cukup untuk diberikan kepada sesama kita karena pemberian tidak menuntut kwantitas (jumlah) besar atau banyak saja tetapi kita akan memberi di saat kita memiliki kesediaan untuk memberi dan itulah persembahan yang terbesar.


Pemberian yang didasari pengorbanan

“... tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (ayat 44). Janda ini harus melupakan kebutuhannya karena satu maksud yaitu memberi. Pemberiannya itu tentunya akan membuat masalah baginya, yaitu tidak ada lagi uang untuk kebutuhannya sendiri. Tetapi ia memberikan seluruh nafkahnya itu karena memang ia mau berkorban. Dan itulah yang menyebabkan pemberian janda ini di mata Yesus menjadi pemberian yang terbesar karena didasari oleh pengorbanan. Karena pemberian yang berharga adalah pemberian yang didasari pengorbanan (karena kita memberi, kebutuhan kita menjadi tidak terpenuhi), pemberian yang menyebabkan pemenuhan kebutuhan untuk diri sendiri menjadi terusik. Orang yang mampu memberikan dengan pengorbanan adalah orang yang memiliki kasih, orang yang peka dan memiliki empati terhadap orang lain dan yang pasti bukan orang yang hanya memikirkan dan mengkhawatirkan kebutuhan diri sendiri tetapi orang yang bisa menempatkan diri pada posisi orang lain, dia mau menderita dan memberikan kenyamanannya bahkan hidupnya (seperti janda dalam nats tsb) untuk orang lain.
Allah menghendaki agar kita tidak hitung-hitungan dalam memberi karena apabila kita memberi, sebenarnya Allah-lah yang memberi dan kita hanya menjadi jalannya. Allah sudah banyak melakukan pemberian kepada kita sampai kita sendiri tidak mampu mengingat apalagi merinci segala kemurahan yang telah diberikan kepada kita. Bahkan nyawa-Nya sendiri diberikannya untuk dosa-dosa kita sehingga kalau kita sampai hitung-hitungan dalam melakukan pemberian kepada Allah atau orang-orang di sekitar kita atau gereja sebagai komunitas maka sama saja kita telah berlaku curang kepada Allah.


Pemberian yang didasari kepasrahan

“Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.” (44). Bisa saja janda itu memberikan satu dari dua keping uangnya. Kalau itu yang dilakukan maka ia masih memiliki satu peser – sesuatu yang sangat berharga untuk janda ini – bagi pemenuhan kebutuhannya. Tetapi ia tidak melakukannya namun kedua keping uang yang dimilikinya itu dipersembahankan tanpa harus mengkuatirkan apa yang harus dimakan nanti. Hal ini terjadi karena janda ini memiliki kepasrahan kepada Allah. Mungkin saja dia tidak akan makan hari itu, tetapi dia lebih memikirkan Allah dari pada dirinya sendiri. Inilah juga mengapa Yesus melihat bahwa persembahan janda ini menjadi pesembahan yang terbaik dibanding dengan persembahan orang kaya yang sangat banyak itu. Karena dipersembahkan dengan penuh kepasrahan walaupun itu mengharuskan dia mengalami kesulitan.

Orang yang memiliki hati untuk memberi yang didasari oleh kasih, akan melakukan apa saja tanpa memusingkan dirinya sendiri, yang lebih diutamakan adalah Allah atau orang yang mau diberi yang menurut pandangan dia lebih membutuhkan. Pemberian yang didasari dengan kepasrahan itu boleh dikatakan sebagai pemberian yang nekad. Memang ini bukanlah sesuatu pemberian yang gampang karena bagaimana nanti hidup dari janda ini kemudian? Tetapi kekuatiran itu tidak menjadi halangan bagi janda ini karena ia tahu, Tuhan yang memiliki hidupnya maka Ia juga yang bertanggung jawab.

Oleh karena itu, kita bisa memberikan persembahan yang terbaik kepada Allah apabila kita memiliki hidup yang tersedia untuk memberi. Jangan terlalu memikirkan kebutuhan Anda, tetapi lihatlah kepada Allah yang sanggup memenuhi kebutuhan Anda. Kemudian sadarilah bahwa pemberian kepada Allah harus didasari oleh pengorbanan. Suatu sikap yang lebih memikirkan Allah daripada diri sendiri sebab Allah telah terlebih mengorbankan diri-Nya untuk kita. Dan berikanlah pemberian Anda itu dengan sikap yang pasrah walaupun karena itu Anda akan mendapat masalah mengenai kebutuhan Anda. Tetapi ingatlah Allah tidak akan pernah berhutang. Sebab Dia adalah Allah sumber segala sesuatu yang Anda butuhkan. Jadi siapapun kita dan bagaimanapun kondisi hidup kita, kita dapat memberikan persembahan yang terbaik. Amin!





No comments: