Allah mengasihi Anda, dan DIA juga ingin agar Anda mengasihi DIA

Tuesday 27 March 2012

DAMAI DENGAN ALLAH

print this page̠Print
Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka terciptalah jurang pemisah di antara manusia dengan Allah sehingga mengakibatkan terjadi perseteruan di antara keduanya. Hal itu terlihat ketika manusia pertama itu berupaya untuk menyembunyikan diri dari kehadiran Allah yang menakutkannya. Padahal sebelum kejatuhan itu, Adam bisa menikmati kehadiran Allah dengan sejahtera. Tetapi karena dosa, kehadiran Allah menjadi sesuatu yang membawa ketakutan sebab manusia sudah menjadi seteru Allah. Dan itu membuat manusia jadi sasaran murka Allah. Sebab setiap seteru Allah merupakan tempat tumpahan murka-Nya yang menyala-nyala. Keadaan di atas sangat mengerikan karena jikalau seseorang sudah menjadi seteru Allah, maka tidak ada harapan untuk bisa lolos dari murka-Nya yang dahsyat dan tidak terelakkan itu. Setiap manusia yang menjadi seteru Allah ada dalam tekanan hidup karena dosanya sendiri.


Sejak kejatuhan Adam sampai hari ini, manusia telah ada dalam kutuk dan siap untuk mendapatkan murka Allah. Hal ini berakibat kedalam setiap aspek hidup manusia sehingga manusia ada dalam bayang-bayang ketakutan yang mengakibatkan manusia jauh dari damai sejahtera. Sekalipun manusia berusaha menata diri dengan segala upaya untuk mencari damai bagi dirinya, tetapi semuanya itu ada di dalam bayang-bayang kehancuran dari murka Allah yang telah disiapkan bagi setiap orang berdosa. Hal itu bisa dilihat dalam perjalanan hidup manusia setelah menjadi seteru Allah, segala sesuatu tidak pernah mendatangkan damai bagi dirinya. Yang ada adalah pertikaian, permusuhan dan peperangan yang mengakibatkan kehancuran bagi manusia itu sendiri baik dalam rumah tangga maupun dalam masyarakat . Sebab akibat dosa manusia bukan saja menciptakan tembok pemisah antara manusia dengan Allah, tetapi juga mengakibatkan hubungan antara manusia itu sendiri menjadi rusak. Hal itu kita bisa lihat disaat Adam mempersalahkan Hawa akibat kejatuhannya (Kejadian 3:12).

Namun Allah tidak membiarkan keadaan yang seperti itu untuk selamanya. Allah menyadari bahwa keberadaan manusia yang demikian bukanlah rencana-Nya. Sebab pada mulanya Allah menciptakan manusia dalam rencana-Nya yang indah. Kalaupun rencana itu telah dirusak oleh karena adanya dosa, namun rencana itu sendiri tidak pernah gagal dan berhenti. Itulah sebabnya Allah memberikan cara pemecahan dari permusuhan itu. Memang Dia murka terhadap dosa manusia, tetapi Dia tetap mengasihi manusia. Itulah sebabnya Allah memberikan kesempatan untuk berdamai dengan manusia. Inilah berita itu bahwa Allah di dalam pribadi Yesus Kristus mau berdamai dengan manusia yang telah memberontak dan berbuat jahat kepada-Nya.

Pendamaian berarti suatu perubahan hubungan menjadi kerukunan dan menciptakan pendamaian di antara kedua pihak. Dengan demikian permusuhan antara manusia dan Allah telah dihancurkan dan menciptakan hubungan yang baru antara manusia berdosa dengan Allah yang suci. Hal ini tejadi karena manusia berdosa itu telah bertobat dan mempercayakan diri kepada kematian Kristus sebagai alat pendamai (Roma 5:11)

Jadi pendamaian itu terjadi karena Kristus sudah mati akibat pemberontakan manusia. Lewat kematian Kristus telah menghancurkan tembok pemisah dan memindahkan permusuhan yang ada antara manusia dan Allah sehingga setiap orang yang beriman kepada kematian Kristus menyebabkan dia diangkat ke suatu tingkat di mana, ia bisa disesuaikan dengan karakter Allah.

Dari sisi manusia konsep ini menunjuk kepada adanya penyesuaian, yaitu perubahan sikap terhadap Allah karena korban Kristus yang sudah diimani. Perubahan itu adalah dari sikap permusuhan kepada sikap persahabatan. Seseorang yang ingin berdamai dengan Allah harus rela didamaikan lewat perubahan yang terjadi dalam hidupnya (2 Korintus 5:20).

Memang Allah telah merendahkan diri-Nya sehingga ia rela untuk berdamai dengan manusia. Dalam hal ini bukan dari sisi Allah yang melakukan kesalahan sehingga Dia mau berdamai, tetapi karena Allah tahu bahwa mustahil dari sisi manusia yang memulai pendamaian itu. Sebab standar yang ditetapkan dari pendamaian itu adalah karakter Allah sendiri. Dengan kata lain mustahil manusia bisa memenuhi standar itu dari keberdosaannya. Kenyatan inilah yang membuat Allah memprakarsai pendamaian itu. Namun demikian dari sisi manusia ada upaya untuk berdamai dengan sikap hidup yang menampkkan perubahan.

Melihat kenyatan di atas maka korban Kristus telah mengubah keadaan manusia secara total. Dahulu seteru Allah, tetapi kemudian menjadi manusia yang sudah berdamai dengan Allah. Namun hal ini hanya akan bisa terjadi apabila manusia secara pribadi beriman kepada kematian Kristus sehingga membawa perubahan dalam penerapan hidup sehari-hari. Dengan demikain setiap orang yang sudah didamaikan dengan Allah akan menyatakan hidup yang sudah berdamai itu dalam perilaku hidup sehari-hari sehingga apa saja yang dilakukan tidak lagi perkara yang mewujudkan pemberontakan kepada Allah tetapai sebaliknya perktek hidup yang mempermuliakan Allah (Klose 1:21)

Perkara ini patut disyukuri sebab pada dasarnya tidak ada alasan yang dapat diterima oleh Allah untuk berdamai dengan manusia. Manusialah yang memberontak kepada Allah dan memusuhinya dengan jalan melanggar perintah dan ketetapannya (Kolose 1:21). Sepatutnya manusia itu kena murka Allah sebaba itu akibat dari tindakannya yang telah memberontak kepada Allah. Tetapi Allah di dalam kasih-Nya yang besar telah mengambil inisiatif utnuk berdamjai dengan manusia lewat korban Kristus di Kalvari.

Jadi, Allah di dalam pribadi Kristuslah yang memulai pendamaian itu. Dialah yang bertindak secara aktif untuk menciptakan pendamaian itu. Hal ini bukan karena Allah melihat ada alasan dari sisi manusia yang mengakibatkan terjadinya pendamaian itu, tatapi semata-mata didorang oleh karena kasih karunia-Nya yang besar. Lewat pendamaian ini setiap orang berdosa yang percaya kepada Kristus sebagai sarana pendamaian itu diberikan status yang baru yaitu orang yang sudah didamaikan dengan Allah (Roma 5:10)

Kenyataan di atas membuka cakrawala baru bagi hubungan antara manusia dengan Allah. Sebab tembok pemisah itu telah dihancurkan sehingga manusia memiliki kesempatan untuk bersekutu kembali dengan Dia penciptanya. Damai dengan Allah membuat manusia tidak memiliki ketakutan lagi atas kehadiran Allah dalam hidupnya bahkan setaip orang percaya bukan hanya merasakan kehadiran Allah dengan sejahtera, tetapi juga kesempatan untuk menghampiri Dia dan hadirat-Nya. Penulis kitab Ibrani mengungkapkan, "... kita sekarang penuh keberanian dapat masuk kedalam tempat kudus," (Ibrani 10:19). Hal itu terjadi karena dosa manusia telah dipindahkan dan dijadikan kudus lewat darah Kristus yang dicurahkan bagi keampunan dosa manuisa.

Kenyataan lain yang dapat dinikmati sebagai hasil dari pendamaian itu adalah adanya rasa damai di hidup dari setiap orang yang sudah didamaikan. Rasa damai di sini adalah hidup yang telah dibebaskan dari rasa tertekan. Kenyataan ini akan berakibat bahwa setiap tindakan yang dilakukan serasi dengan rasa damai yang ada dalam hidup, yaitu adanya tindakan yang mengarah kepada perubahan yaitu menampakkan hidup yang berdamai. Hal ini penting sebab musthil seseorang berdamai dengan Allah dan memiliki rasa damai tetapi hidupnya masih tertekan.

Dampak yang lain dari berdamai dengan Allah adalah bahwa dia akan berdamai dengan dirinya sendiri. Sebab kejatuhan manusia kedalam dosa berakibat bahwa manusia hidup dalam penyesalan yang tiada henti-hentinya yang membuat manusia mempersalahkan dirinya sendiri. Dan akibatnya banyak orang merasa tertekan dan menghukum dirinya sendiri. Tetapi dengan terjadinya pendamaian dirinya dengan Allah akan berdampak bahwa manusia itu akan dimampukan untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Kenyataan itu akan terlihat dari sikap manusia itu yang mampu menerima dirinya sendiri apa adanya dengan segala cerita masa lalunya dan berusaha uintuk memperjuangkan hidup dalam status sudah didamaikan dengan Allah.

Salain itu orang yang berdamai dengan Allah juga didamaikan dengan sesamanya manusia. Salib Kristus bukan saja menghancurkan tembok pemisah antara manusia dengan Allah, tetapi salib itu juga merubuhkan tembok pehalang antara manusia dengan sesamanya. Dengan demikian perseteruan di antara manusia telah diselesaikan yang berakibat hubungan di antara mereka menjadi baik. Hubungan yang baru ini terciptakan karena kedua belah pihak sudah didamaikan dengan Allah. Jadi dasar dari damai di antara manusia adalah damai dengan Allah. 

Adakah Anda sudah berdamai dengan Allah, diri dan sesama Anda? Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus, maka di sana Anda akan menemukan damai yang sesusungguhnya.

No comments: