Allah mengasihi Anda, dan DIA juga ingin agar Anda mengasihi DIA

Friday 18 March 2011

BERSUKACITALAH SENANTIASA

Bacaan Alkitab: Filipi 4:2-9

Kekristenan dikenal orang sebagai agama yang memuji sebab sejak seseorang lahir sampai dia meninggal selalu ada pujian kepada Tuhan. Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (ayat 4). Sukacita orang percaya tidak ditentukan oleh ruang dan waktu tetapi ditentukan oleh hidupnya di dalam Tuhan. Sebab sukacita berbicara hati. Kalau hati kita bersukacita, maka hidup kitapun akan bersukacita sekalipun kondisi hidup itu tidak seperti yang kita harapkan. Dan sebaliknya sekalipun mungkin kondisi kita baik-baik saja tetapi hati kita diliputi oleh kecemasan dan kekuatiran, maka hidup kita tidak akan bersukacita.

Bagaimana caranya agar kita memiliki sukacita yang senantiasa itu?

Mari berdamai dengan orang lain
           “Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan.” (ayat 2) Sekalipun kedua orang ini adalah pewaris kerajaan sorga (ayat 3), tetapi Rasul Paulus mengingatkan keduanya agar mau berdamai kalau ingin memiliki sukacita yang senantiasa. Sebab mustahil orang bisa memiliki hati yang bersukacita apabila hatinya dipenuhi oleh luka dan sakit hati serta dendam.
Memang tidak bisa dipungkiri konflik akan mewarnai kehidupan dalam persekutan Kristen. Tetapi kita diingatkan bahwa jangan mau mendiamkan konflik kalau ingin menikmati sukacita yang datang dari Tuhan. Mari selesaikan konflik Anda dengan orang lain agar Anda bisa menikmati sukacita Allah senantiasa

Mari biarkan damai sejahtera Allah yang memerintah
           “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (ayat 7). Memang masalah akan selalu mempengaruhi sukacita kita. Tetapi jangan birkan masalah yang menjadi fokus dalam hidup ini. Jadikan damai sejahtera-Nya yang menguasai hati dan pikiran kita. Hal itu hanya bisa apabila kita datang di kaki-Nya untuk membawa segala pergumulan yang ada di dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (ayat 6). Kalau kita menaruh harap hanya kepada Allah atas segala masalah yang ada, maka damai sejahteranya yang akan memerintah. Tetapi sebaliknya kalau kekuatiran yang dan ketakutan yang mengendalikan hati dan pikiran kita, maka hidup kita akan jauh dari sukacita.

Mari memiliki pikiran yang positif
           “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (ayat 8) Pikiran kita akan sangat menentukan tindakan-tindakan kita. Tindakan-tindakan kita akan menentukan warna kehidupan kita. Itulah sebabnya Rasul Paulus mengingatkan bahwa kalau ingin menikmati sukacita yang sejati maka mari isi pikiran dengan hal-hal yang positif. Sekalipun Rasul Paulus sedang dipenjara ketika ia menuliskan suratnya ini, tetapi pikirannya tidak terpenjara sehingga ia mampu mengajak jemaat itu untuk bersukacita karena hatinya dipenuhi oleh sukacita.
           Kalau pikiran kita sudah dipenuhi dengan hal-hal yang indah, maka dengan sendirinya hati kita akan diwarnainya. Dan kalau hati sudah penuhi dengan hal-hal yang indah, maka kita akan mampu bersukacita tidak peduli apapun keadaan kita. Mungkin keadaan kita hari ini sangat pelik, tetapi ingatlah ada banyak hal positif yang bisa kita ingat dalam hidup ini dibanding dengan hal-hal negatif yang sedang kita hadapi. Kalau hal-hal positif itu yang lebih mewarnai pikiran kita, maka kita akan dimampukan untuk meneladani kehidupan yang akan membawa kita untuk mampu bersukacita (ayat 9)
           Oleh karena itu, setiap orang percaya yang sudah di dalam Kristus akan bersukacita senantiasa apabila ia tidak membiarkan konflik terjadi tanpa penyelesaian, dan membiarkan damai sejatera Allah menguasai hidupnya dan memenuhi pikirannya dengan hal-hal yang positif.



No comments: