Allah mengasihi Anda, dan DIA juga ingin agar Anda mengasihi DIA

Friday 6 August 2010

PILIHAN YANG UTAMA

Bacaan Alkitab: Matius 22:34-40

          Hidup identik dengan aktifitas melakukan pilihan,. Sebagian besar dari realitas kehidupan adalah hasil dari suatu pilihan yang kita lakukan. Pilihan kita menentukan tindakan kita dan tindakan-tindakan kita akan memberikan warna dan menciptakan identifikasi siapakah sebenarnya kita ini. Dalam pribadi manusia memiliki 2 unsur yaitu daging dan roh. Antara daging dan roh masing-masing memiliki kepentingan. Kehidupan daging berhubungan dengan kehidupan “keakuan/ego”, semua dipusatkan untuk memuaskan diri sendiri, perlindungan diri dan bersifat sementara sedangkan kehidupan roh dibatasi oleh suatu norma atau aturan yang harus dilakukan agar hidup itu menjadi sesuatu yang tidak merugikan atau melukai orang lain dengan cara berjalan didalam aturan/norma dalam hal ini firman Tuhan dan dampak dari kehidupan roh ini adalah sesuatu yang kekal.
         
       Setiap tindakan kita bukanlah merupakan hasil murni dari pengaruh suatu stimulus yang berasal dari kondisi-kondisi eksternal (di luar diri kita) atau sesuatu yang dipicu oleh sikap dan perlakuan orang lain terhadap kita, karena apapun yang akan terjadi sebenarnya tergantung dari bagaimana kita meresponi suatu kondisi yang diperhadapkan kepada kita (apa pilihan kita). Orang diidentifikasi sebagai orang jahat karena orang tersebut mengambil pilihan untuk bersikap dan bertindak dalam kriteria jahat dan begitu juga sebaliknya. Terbentuknya suatu pilihan didasari oleh suatu pandangan kita mengenai sesuatu “terpenting atau terutama”. Kata terpenting atau terutama dibentuk oleh paradigma seseorang dalam memandang sesuatu atau orientasi dalam hidupnya. Apa yang kita anggap terutama dalam hidup kita? Keluarga, karir, materi atau uang, hobi, pertemanan atau persahabatan atau yang lainnya, itu semua berada pada koridor keakuan kita, tetapi apa yang benar-benar terumata bila referensinya firman Tuhan, “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”(36)


Mengasihi Allah
          “Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama” (ayat 37-38). Mengasihi Allah adalah hukum yang terutama dan yang pertama sehingga apabila kita belum sampai pada taraf ini, apapun yang sudah kita capai saat ini sama sekali tidak akan ada artinya karena semua akan mendapatkan hambatan kalau yang pertama ini belum kita lakukan dan pada dasarnya kehidupan yang tidak didasarkan pada tujuan untuk mengasihi Allah selamanya tidak akan mengalami kesempurnaan (tidak pas), karena semua kehidupan akan sampai pada tujuannya dengan tolok ukur “ mengasihi Allah”. Bagaimana dan apa komponen mengasihi Allah itu? 

Mengasihi Allah dengan segenap hati.
          Kata segenap berkonotasi dengan seluruh, semua dan tidak bersisa. Mengasihi dengan segenap hati berarti apapun tindakan orang atau pihak yang kita kasihi tidak akan mempengaruhi kita, kasih yang segenap tidak akan bertendensi pada suatu imbalan atau suatu maksud tertentu. Kasih yang segenap bukanlah suatu tindakan yang didasarkan karena kebaikan atau jasa orang yang kita kasihi tetapi didasarkan hanya pada satu alasan yaitu karena kita akan berbuat sesuatu dan menyenangkan hatinya terlepas dari kondisi dan perlakuan pihak yang akan kita kasihi. Demikian juga dengan kasih segenap terhadap Allah, apapun tindakan dan perlakuan Allah kepada kita kalau kita memiliki kasih yang segenap hati, kita akan terus mengasihi-Nya tanpa dipengaruhi oleh apapun terutama yang bersangkut paut dengan Allah. 

Mengasihi dengan segenap jiwa
           Berbicara mengenai jiwa bersangkut paut dengan ketulusan. Allah hanya berkenan kepada kasih yang tulus bukan kasih yang pura-pura. Memang kasih kita kepada Allah tidak akan pernah sempurna karena kita tidak mampu untuk menyelami keseluruhan pikiran Allah dengan kesukaan-kesukaan-Nya tetapi apapun yang kita lakukan dengan tulus dengan tujuan untuk meyenangkan hati-Nya akan diterima meskipun dengan keterbatasan kita. Sebab tidak mungkin Allah akan menerima apapun dari kita tanpa ketulusan. 

Mengasihi dengan akal budi
          Allah menghendaki kita untuk dikasihi dengan akal budi bukan hanya dengan emosi meskipun emosi juga merupakan bagian yang penting. Meskipun kasih kita itu adalah kasih yang segenap hati dan tulus tetapi kalau tidak menggunakan rasio (akal) kita, hal itu bisa dipakai oleh iblis untuk menyesatkan kita. Allah menghendaki kasih kita kepada-Nya bukan kasih yang membabi buta tetapi kasih yang dilandasi oleh pengenalan kita akan Allah sehingga kita tidak akan melakukan sesuatu yang bukan menjadi kehendak-Nya atau melakukan sesuatu yang merugikan kita sendiri (konyol) karena ketidak pahaman kita mana kehendak Allah, mana yang bukan. 

Mengasihi dengan segenap kekuatan
           Mengasihi Allah menuntut totalitas. Apa saja yang Tuhan percayakan kepada kita baik itu jabatan, kekayaan, kepandaian, kesempatan dan lain sebagainya, Tuhan menghendaki semuanya untuk memuliakan Tuhan (sarana mengasihi Tuhan). Tidak bisa kita mengasihi Allah dengan hanya tenaga atau pikiran kita, atau hanya dengan kekayaan kita, tidak bisa kita menahan apa yang diberikan dan dipercayakan Allah kepada kita untuk kepentingan yang lain selain untuk memuliakan Allah, “ Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu” (Mar 12:30). 

Mengasihi sesama
           Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (ayat 39). Kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama merupakan dua hukum yang memiliki bobot yang sama, tidak ada yang lebih tinggi dan yang lain lebih rendah tetapi sama (sederajat). Kedua hukum ini juga memiliki saling keterkaitan, kasih kepada Allah adalah yang pertama yang kita lakukan yang selanjutnya akan mendasari kasih kita kepada sesama. Wujud nyata dari kasih kita kepada Allah adalah kasih kita kepada sesama sehingga bagaimana kita mengasihi Tuhan akan bisa dilihat dari bagaimana kita mengasihi sesama kita.
           “Setiap orang” adalah sesama kita yang layak mendapatkan kasih kita, baik itu orang-orang yang menyenangkan juga orang-orang yang mengecewakan. Dan hal penting yang harus kita ingat, jangan pernah menunda mengasihi sesama kita karena terkadang kesempatan tidak datang dua kali. Jadi gunakan sebaik-baiknya setiap kesempatan di mana kita dituntut untuk melayani dan berbuat sesuatu untuk sesama kita terutama orang-orang yang ada di sekitar kita.
          Oleh karena itu pilihlah yang terutama, maka engkau akan bisa mengatasih yang lain. Ingatlah yang paling penting dalam hidup ini adalah mengasihi Allah yang terlihat dalam sikap kita mengasihi sesama kita. Dan kasih kita kepada sesama akan dilandasi kasih kita kepada Allah. (*)




No comments: